Pengangguran Akibat COVID-19 di Jabar Melonjak, Ini Strategi Apindo

Ketua Apindo Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik.
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman (Bandung)

VIVA – Ada jutaan pengangguran di Jawa Barat di tengah masa Pandemi COVID-19 yang belum pasti kapan berakhir dan diprediksi terus bertambah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2021 mencapai 8,75 juta jiwa. Dibandingkan Februari 2020, jumlah pengangguran ini meningkat cukup besar, di mana tahun lalu hanya tercatat 6,93 juta jiwa.

Waka MPR Ibas ke Mahasiswa di Gedung DPR: Anda Mau Jadi Politisi, Disini Tempatnya

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat, memangkas potensi lonjakan pengangguran dengan menggaet investor untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Salah satunya mengekspansi perusahaan sepatu New Balance.

Apindo Jabar melakukan lobi kepada calon investor di antaranya seperti Vice President Strategic Sourcing dan Quality NB Athletic Shoe Duncan Scott, Country Manager New Balance di Indonesia Elmore Simorangkir dan General Manager Metro Pearl Indonesia Anto Tsai.

Kecewa Putusan MK Soal UU Ciptaker, Apindo Soroti Banyaknya Perubahan Aturan Ketenagakerjaan

Ketua Apindo Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik menjelaskan, populasi Jawa Barat paling besar tentunya tentunya angkatan kerja tinggi terutama ditambah lulusan baru setiap tahunnya.

“Dengan demikian, potensi jumlah pengangguran pun akan bertambah bila tidak diikuti dengan pembukaan lapangan kerja baru,” ujar Ning, Senin 1 November 2021.

Jumlah Pengangguran di Indonesia Turun Jadi 7,47 Juta Orang Per Agustus 2024

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik.

Photo :
  • VIVA/Adi Suparman (Bandung)

Baca juga: BPS Ungkap Sepanjang Oktober 2021 Harga Beras Premium Turun

Menurutnya, penambahan lapangan kerja pada sektor sepatu di Jawa Barat mempunyai peluang tinggi. Bahkan, Ning yang mempunyai latar profesi pengusaha di bidang produksi sepatu mengaku memahami kekhawatiran investor. Beberapa poin menjadi catatan penting, kata dia, pertama adalah ketersediaan jumlah angkatan kerja besar di Jabar.

“Kedua upah masih sangat kompetitif dan ketiga infrastruktur yang maju di antaranya Bandara Kertajati serta Pelabuhan Patimban,” katanya.

Bahkan, ekspansi ini sekaligus momentum memanfaatkan pengembangan Kawasan Segitiga Rebana yang menjadi salah satu fokus Gubernur Jabar Ridwan Kamil dalam menyedot calon investor untuk menanamkan modalnya di Jabar.

Ning menilai, pengembangan kawasan Segitiga Rebana seluas 43.913 hektare di Jawa Barat bisa menjadi lokasi calon investor untuk menanamkan modalnya. Di samping itu adanya fasilitas-fasilitas dari pemerintah berupa tax holiday, tax allowance, investment allowance dan deductive tax akan menjadi pendorong investor untuk berinvestasi di Jabar.

“Tidak dipungkiri kita semua menuju high tech, digitalisasi industri, seperti yang sering disebutkan yaitu 4.0 atau bahkan 5.0. Namun industri padat karya tetap masih dibutuhkan dengan adanya ketersediaan angkatan kerja serta transisi teknologi yang belum sepenuhnya terjadi dan terpenuhi,” katanya.

Untuk meyakinkan investor, Apindo Jabar pun memfasilitasi calon investor bertemu langsung dan berdialog Bersama Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang dihadiri calon investor dari Korea Selatan, WS Shin dan Jay Bang.

“Dalam dialog tersebut, pemerintah memberikan jaminan tentang pengurusan surat-surat izin yang cepat serta iklim investasi di Indonesia yang kodusif,” katanya.

Di sisi lain, lanjut Ning, calon investor masih menyimpan kekhawatiran terhadap impelementasi Undang-undang Cipta Kerja (Ciptaker) soal pengupahan. “Pak Bahlil (Kepala BKPM) mengatakan calon investor tidak usah khawatir menanamkan modal di Indonesia,” katanya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya