Sok-sokan Energi Hijau Malah Krisis, Bahlil Ajak Industri Relokasi

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Sumber :
  • VIVAnews/Mohammad Yudha Prasetya

VIVA – Menteri Investasi/Kepala Badan Kooridinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menilai bahwa krisis energi yang melanda sejumlah negara, seperti di Eropa hingga China dipicu sikap sok-sokan terhadap energi hijau.

Respons Wamen ESDM soal Data 10,6 Juta Penerima Subsidi Listrik Tak Tepat Sasaran

Akibatnya, dia menekankan, saat ini negara-negara tersebut malah kembali menggunakan batu bara. Padahal sebelumnya mereka lantang menyuarakan tidak bolehnya menggunakan sumber-sumber energi yang berasal dari fosil.

"Kita ini kadang-kadang, negara-negara sahabat kita yang lain yang jauh-jauh di sana itu kadang-kadang merasa sok tentang green energy," kata dia saat konferensi pers, Rabu, 27 Oktober 2021.

Empat Tahun Tanpa Listrik, Warga Sebuku Titip Harapan ke Egi-Syaiful: Kami Lama Tak Diperhatikan

Baca juga: Kata Menteri PUPR Soal Bahaya COVID-19 dan Perubahan Iklim Sama

Oleh sebab itu, Bahlil menekankan, Indonesia tidak boleh terlalu banyak ikut-ikutan dengan agenda negara lain, walaupun mengikuti perkembangan dunia boleh-boleh saja. Menurutnya ini karena Indonesia punya kedaulatan tersendiri.

Strategi PLN Jadi Pusat Ekosistem Startup Energi Indonesia

"Jangan terlalu banyak kita menari di gendang orang karena kita negara berdaulat. Tapi juga kita dorong konsep global tentang green energy, itu kita setuju, tinggal strateginya gimana," ucapnya.

Apa yang bisa menjadi pelajaran dari krisis energi yang melanda negara-negara seperti Inggris dan China, Bahlil mengungkapkan bahwa dampak dari krisis energi itu sangat berat terhadap biaya produksi. Akhirnya harga jual barang menjadi tinggi.

"Ketika harga listriknya mahal pasti berdampak kepada harga produksi sebuah produk dari negara itu naik. Dampaknya pasti produk itu biayanya akan lebih tinggi untuk dipasarkan," ucap dia.

Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM

Photo :
  • vivanews/Andry Daud

Pemerintah pun dikatakannya telah membangun strategi untuk menyikapi krisis energi di beberapa negara itu. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan kelebihan pasokan listrik yang ada di PLN untuk mendorong terjadinya relokasi industri.

"Nah strategi yang kita bangun adakah kan energi kita sendiri over supply. Data PLN untuk Jawa-Bali kita over supply sekitar 2.300 mega watt," tuturnya.

Dengan berlebihnya kapasitas listrik di dalam negeri, Bahlil menekankan, pada dasarnya ini menjadi momentum yang baik bagi industri yang terdampak krisis energi untuk merelokasikan usahanya ke Indonesia, tujuannya agar biaya produksi bisa lebih murah.

"Kepada perusahaan-perusahaan yang ada di negara itu segera melakukan relokasi di Indonesia, ini agar harga produksi mereka bisa rendah dan produknya bisa kompetitif," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya