Tunggu 'Disetrum', Smelter Antam Siap Produksi Akhir 2021
- vstory
VIVA – Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara soal belum berproduksinya salah satu smelter yang dibangun oleh PT Antam (Persero) Tbk (ANTM).
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba), Ridwan Djamaluddin menjelaskan, hal tersebut terjadi akibat smelter yang dibangun senilai Rp3,5 triliun itu tengah mengalami kendala pasokan listrik.
"Tapi saat ini progres pembangunan pabrik pemurnian feronikel di Halmahera Timur, Maluku Utara ini, telah mencapai 97,7 persen," kata Ridwan dalam telekonferensi, Selasa 26 Oktober 2021.
Karenanya, Ridwan menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan persoalan ini, Kementerian ESDM akan terus mendorong agar pihak Antam dan PT PLN segera berunding demi mencapai kesepakatan untuk memenuhi aliran listrik tersebut.
"Dengan begitu, diharapkan smelter ini bisa segera berproduksi maksimal di akhir tahun 2021 ini," ujarnya.
Ridwan menambahkan, pembangunan smelter ANTM ini sebenarnya sudah selesai secara fisik. Namun karena pasokan listrik belum ada, sehingga smelter tersebut belum bisa beroperasi saat ini. "Kami sedang mengupayakan agar Antam segera kerja sama dengan PLN untuk segera diselesaikan," kata Ridwan.
Dia menargetkan, setidaknya tahun ini empat smelter bisa selesai dibangun dan beroperasi. Selain smelter milik Antam ini, tiga smelter lain yang sudah selesai dibangun yakni PT Smelter Nikel Indonesia (Banten), PT Cahaya Modern Metal Industri (Banten), dan PT Kapuas Prima Citra (Kalimantan Tengah).
"Meski telah selesai, namun hanya ada satu smelter yang sudah mulai beroperasi karena tiga smelter lainnya masing-masing memiliki hambatan. Dari empat smelter ini hanya smelter punya PT Cahaya Modern Metal Industri yang telah selesai dibangun dan telah melakukan produksi," ujarnya.
Diketahui, meskipun PT Smelter Nikel Indonesia telah selesai dibangun, namun mereka ternyata belum bisa melanjutkan produksi dan hanya sebatas uji coba produksi saja.
Hal itu karena perusahaan ini kekurangan pembiayaan untuk memulai produksi secara terus menerus. Kemudian untuk PT Kapuas Prima Citra, telah terbangun 99,8 persen dan saat ini sedang menunggu tenaga ahli dari China untuk melakukan produksi.