Dorong Daya Beli Masyarakat, Unilever Genjot Transaksi Digital

Pabrik Unilever.
Sumber :
  • Repro video.

VIVA – Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengungkapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada Juartal III-2021 memberikan pengaruh yang tidak dihadapi pada kuartal sebelumnya. 

Meski begitu perseroan tetap mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,4 triliun dan menjalankan berbagai upaya untuk menjaga momentum positif. Termasuk, sudah lima strategi prioritas untuk 2022. Memperkuat kinerja pemasaran e-Commerce dan perluasan portfolio menjadi bagian penting dari strategi tersebut. 

“Sebagai bagian dari strategi jangka panjang 2025, ada lima strategi prioritas Unilever Indonesia di tahun 2022 untuk meningkatkan pertumbuhan," ujar Ira dikutip dari keterangannya, Senin, 25 Oktober 2021.

Lima strategi tersebut menurutnya, memperkuat dan unlock potensi penuh dari brand-brand besar dan produk utama melalui inovasi yang terdepan dan menstimulasi konsumsi konsumen. Kedua memperluas dan memperkaya portfolio ke value dan premium segmen dan memperkuat kepemimpinan di channel utama (GT dan modern trade) dan channel masa depan (e-Commerce). 

"(Selanjutnya) memimpin di digital dan data driven capabilities. Kemudian, tetap menjadi yang terdepan dalam penerapan bisnis yang berkelanjutan,” ujar Ira 

Ira menegaskan bahwa perseroan memilih bauran strategi yang terintegrasi dengan inovasi dan perluasan cakupan potensi konsumen di pasar digital, didukung dengan otomasi dalam sistem operasi yang berbasis data. Harapannya Unilever bisa lebih menjawab kebutuhan pasar, dan tetap kompetitif.

Analis Ciptadana Sekuritas, Muhammad Fariz memprediksi bahwa perusahaan-perusahaan yang strateginya fokus pada penguatan e-Commerce akan menuai hasil dalam beberapa tahun ke depan, salah satunya Unilever.

"Saat ini, strategi Unilever di lini e-commerce sudah berjalan dengan growth sebesar dua kali lipat dalam kurun 2 tahun terakhir. Kontribusi pendapatan e-Commerce dari total pemasukan Unilever sudah berada di rentang 4-5 persen, dalam 5 tahun mendatang seharusnya bisa hingga 10 persen.” ujar Fariz, kepada media.

Fariz menjelaskan bahwa pilihan strategi perseroan untuk memperbanyak portofolio produk juga sudah tepat, terutama di segmen premium. Sementara itu, pengaruh harga komoditas masih akan menjadi perhatian perusahaan mengingat akan berpengaruh terhadap bahan baku produk.

Baca juga: Kinclong, hingga Kuartal III 2021 Penerimaan Pajak Naik 13 Persen

Bahaya BPA Ditegaskan Bukan soal Bisnis, Tapi Ancam Kesehatan Konsumen

"Komoditas global memang tidak bisa di kontrol dan harganya naik sangat kencang. Harga bahan baku masih akan menjadi pinching factor bagi gross margin perusahaan FMCG. Jadi kunci bertahannya di efisiensi dan terus mendorong pertumbuhan pangsa pasar.”

Ditambahkan Fariz, dengan penambahan volume dan pangsa pasar maka perseroan bisa tetap profit. Tapi pada titik tertentu diprediksi akan terjadi kenaikan harga yang dibebankan ke konsumen untuk menopang kinerja positif perseoran. Diyakini bahwa tahun 2022 akan jadi tahun yang tepat untuk melakukan koreksi harga jual konsumen mengingat tahun depan kondisi pandemi sudah semakin terkendali. 

Alfamidi Bukukan Laba Rp 467 Miliar di Kuartal III-2024, Simak Sumber Cuannya

Ilustrasi E-commerce.

Photo :
  • DealStreetAsia

Ira mengatakan bahwa pelaku usaha FMCG sangat terdampak dengan volatilitas harga komoditas yang terjadi. Namun demikian, Perseroan harus tetap menjaga daya beli masyarakat agar tetap mampu menjangkau produk yang berkualitas.

Strategi Sukses Penjualan Harbolnas dengan Analitik Digital

“Kami optimis bahwa dengan strategi kami, Perseroan sudah di jalur yang tepat untuk kembali menuju pertumbuhan yang konsisten dan berkelanjutan. Kami berharap bahwa situasi akan terus membaik, perekonomian Indonesia akan kembali bangkit, demikian pula halnya dengan Perseroan,” tambahnya.

Ilustrasi Pajak

Tolak PPN Naik Jadi 12 Persen, YLKI Beberkan Ketidakadilan dalam Pemungutan Pajak

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menegaskan penolakan terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen.

img_title
VIVA.co.id
21 November 2024