Genjot Pemulihan Ekonomi, Airlangga Kebut Vaksinasi Selesai Awal 2022
- Tangkapan Layar/Pras
VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, vaksinasi COVID-19 secara masif yang dilakukan merupakan salah satu upaya memulihkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Pemerintah berkomitmen untuk terus mempercepat proses vaksinasi.
Diantaranya melalui kerja sama dengan pihak swasta dalam mendorong percepatan program vaksinasi gotong royong. Selain syarat mutlak agar ekonomi Indonesia dapat pulih upaya itu juga mengantisipasi agar tidak terjadi gelombang ketiga COVID-19.
Menurut Airlangga, per 19 Oktober 2021, total dosis vaksinasi yang telah dilakukan di Indonesia telah mencapai 174 juta dosis. sehingga menjadikan Indonesia berada di posisi ke-5 di dunia.
“Diharapkan sudah 80 persen masyarakat sudah divaksinasi pada akhir tahun ini dan dosis kedua bisa diselesaikan pada kuartal pertama tahun depan. Untuk pemulihan ekonomi tetap dilanjutkan pada tahun depan terutama untuk sektor kesehatan dan perlindungan sosial,” ujar Airlangga dikutip dari keterangannya, Kamis, 21 Oktober 2021.
Baca juga: Laba Bersih BTN Tumbuh 35,3% hingga Kuartal III-2021, Ini Pendorongnya
Airlangga menjabarkan, kebijakan dalam penanganan pandemi kini mulai terasa hasilnya. Upaya penguatan dari sisi hulu hingga hilir telah berhasil menekan laju penyebaran virus COVID-19.
Seiring dengan itu, perekonomian juga terjaga dengan baik. Salah satu capaian Pemerintah dalam dua tahun terakhir di bidang ekonomi adalah berhasil menahan kontraksi ekonomi di tahun 2020 yang hanya sebesar -2,07 persen year on year (yoy) dan ini menjadikan Indonesia menempati peringkat ke-4 di antara negara G20.
Sementara itu pada 2021, penguatan pengendalian pandemi juga berhasil mendorong ekonomi Indonesia untuk tumbuh sebesar 7,07 persen (yoy) di Triwulan II-2021. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 16 tahun terakhir.
Lebih lanjut dijelaskan, konsumsi Pemerintah terus memegang peranan aktif dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi selama pandemi, termasuk di Triwulan II-2021. Hal itu secara otomatis juga mendorong peningkatan pada komponen konsumsi rumah tangga dan investasi.
Pemulihan ekonomi terusterjadi di berbagai sektor utama. Seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor konstruksi, serta sektor transportasi dan pergudangan mencerminkan aktivitas ekonomi sudah mulai bangkit kembali.
Selain itu, daya beli masyarakat selama pandemi juga dapat terjaga karena inflasi yang terjaga dengan stabil di level rendah. Upaya pengendalian inflasi yang melibatkan Pemerintah dan seluruh stakeholder terkait berhasil menjaga inflasi di level 1,68 persen (yoy) pada 2020.
Hingga September 2021, inflasi juga masih terjaga rendah dan stabil di level 1,60 persen (yoy). Selama 5 tahun ke belakang, capaian inflasi Indonesia konsisten dalam tren menurun.
Kemudian lanjutnya, dalam hal investasi, baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA), saat ini sudah mulai mengalami kenaikan. PMDN dan PMA semester I tahun 2021 masing-masing bisa naik 3,5 persen dan 16,8 persen.
"Ini tentu akibat transformasi perekonomian melalui Undang-undang Cipta Kerja,” kata Airlangga.
Lebih lanjut menurutnya, pada kuartal III-2021, berbagai leading indicator juga menunjukkan prospek yang baik. Dampak lonjakan kasus varian delta berhasil dimitigasi sehingga aktivitas ekonomi kembali menguat yang tercermin dari Indeks PMI Manufaktur Indonesia yang kembali di level ekspansif, dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga kembali meningkat di bulan September 2021.
Dari sisi kemiskinan dan pengangguran yang sempat meningkat akibat COVID-19 mulai merangkak turun.. Angka kemiskinan menurun dari 10,19 persen pada September 2020 menjadi 10,14 persen pada Maret 2021. Sedangkan angka pengangguran turun dari 9,77 juta orang atau 7,07 persen pada Agustus 2020 menjadi 8,75 juta orang atau 6,26 persen pada Februari 2021.
Selanjutnya, peningkatan harga komoditas global dan pemulihan permintaan global turut mendorong komponen ekspor dan impor untuk tumbuh signifikan. Upaya Pemerintah dalam meningkatkan aktivitas ekspor impor telah membantu industri berorientasi ekspor untuk memanfaatkan peluang peningkatan harga komoditas global selama pandemi.
"Hal ini membuat kinerja neraca perdagangan Indonesia berhasil mencatatkan surplus selama 17 bulan berturut-turut," tambahnya.
Di sektor keuangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami rebound ke level yang lebih tinggi dibandingkan level pra-pandemi. Nilai tukar rupiah pun mengalami hal yang sama.