Ekspor Batu Bara RI Naik 168,89 Persen pada September 2021

Ponton besar bermuatan ribuan ton batu bara. (Ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA/MTohamaksun.

VIVA – Ekspor batu bara dan lignit Indonesia meningkat pesat di tengah terjadinya krisis energi di beberapa negara. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2021 data komoditas ekspor itu naik ratusan persen.

Ekspor RI Naik 10,69 Persen Jadi US$24,41 Miliar di Oktober 2024, Ini Pemicunya

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, ekspor sektor pertambangan yang mencakup dua komoditas ini pada September 2021 tercatat sebesar US$3,77 miliar. Nilai ini naik hingga 183,59 persen year on year (yoy).

Dari sektor tersebut, Margo menekankan sebagian besar disumbang kinerja ekspor batu bara dengan sumbangannya terhadap total ekspor pertambangan mencapai 70,33 persen. Adapun secara tahunan nilai ekspornya naik 168,89 persen.

Neraca Perdagangan RI Surplus 54 Bulan Beruntun, Capai US$2,48 Miliar di Oktober 2024

"Naiknya tinggi sekali 168,89 persen dan kalau dihitung month to month naiknya 9 persen. Negara tujuannya ke Tiongkok dan India," ucap dia saat konferensi pers, Jumat, 15 Oktober 2021.

Batu Bara dari site BUMI, PT Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur.

Photo :
  • Dok. BUMI
Kata Bea Cukai soal Sritex Dapat Izin Lanjutkan Kegiatan Ekspor Impor

Adapun komoditas pertambangan kedua terbesar yang menyumbang ekspor dikatakannya adalah bijih tembaga dengan porsi sebesar 17,23 persen dan pertumbuhannya sebesar 166,28 persen secara yoy pada September 2021.

"Terakhir yang cukup besar adalah lignit. Ini sharaenya 11 persen dan tumbuhnya year on year cukup tinggi, 904,91 persen," ungkap Margo.

Sebagai informasi, Lignit kerap kali disebut batu bara cokelat. Komoditas ini juga diketahui menghasilkan suhu panas yang rendah dan juga dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik.

Meski begitu, Margo enggan menyatakan bahwa kenaikan ekspor yang tinggi ini dipicu oleh kondisi krisis energi yang terjadi di berbagai negara. Dia menekankan, pernyataan itu perlu menggunakan kajian lebih mendalam.

“Kalau dikaitkan dengan isu krisis energi mungkin perlu kajian lagi, kita belum bisa mengkaitkan secara langsung,” tegas dia.

Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta Pemerintah dan Pertamina menyiapkan langkah antisipatif terhadap ancaman krisis energi yang terjadi di beberapa negara. Pekan lalu, kata Mulyanto, dikabarkan krisis energi mulai melanda Singapura. 

Harga listrik di Singapura mulai naik dan Singapore LNG Corp (SLNG) dikabarkan tengah menjajaki pembelian kargo gas alam cair (LNG) dari pasar spot. Rencana pembelian LNG ini terhitung tidak biasa mengingat Singapura memiliki cadangan energi yang terjaga. 

Terkait hal itu Mulyanto meminta Pemerintah memperketat pengawasan distribusi BBM dan LNG. Jangan sampai terjadi penyelundupan ke negara lain sehingga mengancam persediaan BBM di dalam negeri.

Baca juga: Manfaat Ekonomi Proyek Kereta Cepat Dinilai Jangka Panjang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya