YLKI Ungkap Bahaya Rendahnya Standar Kemasan Plastik di Indonesia
- VIVA/Fikri Halim
VIVA – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menegaskan, format kemasan pangan yang paling lazim digunakan saat ini adalah bahan plastik. Baik untuk pangan padat maupun cairan seperti minuman yang kita konsumsi atau air minum dalam kemasan (AMDK).
Tulus menilai, plastik ini di satu sisi memang menjadi semacam revolusi pada aspek kebutuhan manusia. Tapi di sisi lain juga menimbulkan persoalan-persoalan yang complicated pada sejumlah aspek lainnya.
"(Plastik) bisa jadi persoalan dari sisi lingkungan di mana banyak sekali sampah kita 30 persennya adalah sampah plastik, dan sebagian besar itu lebih dari 40 persennya sampah plastik tersebut masuk ke lautan," kata Tulus dalam telekonferensi, Jumat, 15 Oktober 2021.
Tulus menambahkan, dalam soal keamanan bagi kesehatan manusia, plastik itu ternyata juga menimbulkan dampak eksternalitas. Zat-zat yang terkandung dalam plastik yang kemudian terkontaminasi di dalam produk pangan yang kita konsumsi.
Karena yang namanya plastik itu, lanjut Tulus, tentunya mengandung berbagai komponen-komponen yang sebenarnya adalah cemaran bagi bahan pangan yang dikemasnya.
Baca juga:Â Summarecon Serpong Jual Rumah Canggih Rp2,5 Miliaran, Ini Fasilitasnya
"Kemudian (pangan kemasan) itu pun terkontaminasi, apakah melalui proses pemanasan yang tidak benar misalnya dijemur atau kena minyak panas, hingga yang sebenarnya aman menjadi tidak aman," ujarnya.
Tulus pun mencontohkan hal semacam itu, yang kerap terjadi pada produk AMDK. Di mana, produk-produk AMDK itu kerap terlihat terpapar panas matahari langsung dalam waktu yang lama saat dijajakan.
"Contohnya AMDK yang juga menjadi produk yang tidak bisa dilepaskan dari pola konsumsi kita," kata Tulus.
Dia pun menambahkan, walaupun sebenarnya YLKI memiliki kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik dalam AMDK ini, tapi sampai saat ini bahan plastik ini masih terus menjadi BPA (Bhispenol-A) di dalam produk-produk AMDK tersebut.
"Karenanya, kami di YLKI meminta agar ada satu standar yang lebih baik lagi bagi konsumen, Sehingga cemaran-cemaran bahan pangan itu tidak kita konsumsi. Yang kemudian akan terakumulasi dalam berbagai produk cemaran serupa yang juga masuk ke dalam tubuh kita," ujarnya.