DEN Ungkap Produksi Migas Menjauh dari Target APBN
- VIVA.co.id/Fikri Halim
VIVA – Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menjelaskan, kondisi pandemi COVID-19 yang sempat membuat aspek permintaan dan penawaran di sektor minyak dan gas bumi agak terganggu. Hal ini turut menimbulkan kendala dari perencanaan yang ada di dalam kebijakan energi nasional (KEN) dan rencana umum energi nasional (RUEN).
Kendala pertama adalah produksi minyak bumi Indonesia yang jadi bahan baku kilang terus mengalami penurunan. Dia mengungkapkan, produksi minyak bumi hari ini adalah sekitar 630.000 barel minyak per hari (bopd). Padahal, target APBN di tahun 2021 ini adalah sekitar 705.000 bopd.
"Artinya itu jauh di bawah target APBN sebesar sekitar 75.000 barel oil per day. Ini besar sekali dan ini menjadi tantangan kita," kata Djoko dalam telekonferensi, Selasa 12 Oktober 2021.
Baca juga: Deretan Inovasi Konstruksi Tol Semarang Demak Selain Bambu
Dia menegaskan, kecukupan produksi minyak bumi di Indonesia ini sangat dibutuhkan. Karena, saat ini Indonesia masih harus melakukan impor minyak mentah dengan jumlah yang cukup besar sebagai bahan baku kilang.
Kemudian, ada lagi fenomena impor bensin jadi khususnya jenis premium dan perta-series yang cukup besar. Juga ada impor elpiji yang juga juga masih cukup besar terjadi.
"Nah, ini yang menjadi tantangan kita untuk menyediakan bahan baku kilang kita untuk memenuhi bensin, solar, LPG, dan sebagainya. Sehingga pemerintah mempunyai program untuk membangun kilang guna memenuhi kebutuhan akan bensin, dan mencegah impor yang semakin besar termasuk elpiji," kata eks Dirjen Migas itu.
"Tentunya, kalau pemerintah berencana membangun kilang, saat ini sedang dibangun dan di-upgrade kilang di Balikpapan, dan nanti juga kilang baru di Tuban," ujarnya.
Perintah Jokowi
Djoko mengungkapkan, dengan merebaknya pandemi COVID-19 pada tahun 2020 lalu, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan DEN untuk melihat bagaimana strategi energi nasional di tengah masa pandemi.
"Supaya kita bisa memperbaiki neraca perdagangan, khususnya di bidang migas dan juga ekonomi serta penciptaan lapangan kerja," kata Djoko.
Djoko mengatakan, hal itu karena di masa awal-awal pandemi COVID-19, neraca migas Indonesia memang sempat berada di level negatif dan memengaruhi nilai rupiah maupun ekonomi. "Sehingga Presiden Jokowi memerintahkan DEN untuk melihat kembali strateginya seperti apa," ujarnya.