Kaesang Pangarep Bongkar Trik Bisa Cuan dari Dunia Saham
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Founder Saham Rakyat yang juga merupakan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, menceritakan kisah awal mula dirinya berurusan dengan dunia saham dan pasar modal. Kaesang mengaku, saat masih di bangku kuliah dirinya sempat merasa bosan karena pelajaran yang didapat di perkuliahan hanya itu-itu saja.
"Waktu saya kuliah, ilmunya itu itu saja. Saya jadi bisa dibilang bosan, dan berpikir apa sih yang bisa saya kerjakan," kata Kaesang dalam telekonferensi, Kamis 7 Oktober 2021.
"Saya cari-cari edukasi tentang dunia saham, dan di situ saya coba awal-awal satu bulan, dua bulan, eh kok rugi terus? Lalu saya berpikir apa saya yang salah ya," ujarnya.
Baca juga: Gardu PLN Kebon Jeruk Kebakaran, 3.000 KK Padam Listrik
Kemudian, Kaesang mengaku bahwa dari titik itulah dia coba mempelajari soal fundamental analysis dan beberapa hal lain terkait dunia saham. Dari situ, dia baru belajar bahwa ternyata ada saham yang bisa dinilai bagus dan ada saham yang dinilai kurang bagus.
"Ini disclaimer, saya enggak nyuruh beli. Saham pertama yang buat saya untung sekitar 25-30 persen saat itu adalah KINO (PT Kino Indonesia Tbk). Saya masuk situ karena saya lihat ternyata valuasinya masih rendah sekali, waktu itu mungkin masih di harga Rp1.500, terus dia naik lumayan banyak," kata Kaesang.
Sejak saat itu, Kaesang mengaku baru menyadari bahwa apabila kita bisa melakukan analisa dengan benar-benar dan sebaik mungkin, maka tak menutup kemungkinan bahwa kita juga bisa 'cuan' di dunia saham. "Saya kira segampang itu, itu yang ada dipikiran saya saat itu," ujarnya.
Namun, lanjut Kaesang, saat pola yang sama dilakukan untuk yang kedua kalinya, ternyata dia pun kembali gagal. "Eh ternyata gagal, saya harus cut loss. Dan ternyata sebenarnya masih banyak faktor di luar sana yang mempengaruhi harga saham itu sendiri," kata Kaesang.
Karenanya, Kaesang pun menegaskan bahwa banyak hal yang harus dijadikan bahan untuk menganalisa pergerakan saham, yang tidak hanya bisa dilakukan dengan analisa sendiri tanpa mempertimbangkan dunia luar khususnya soal bagaimana kondisi ekonomi yang sedang terjadi.
"Saran saya, enggak usah ikut-ikut, sudah. Pokoknya analisis sendiri aja lah. Kalau cuma ngikut-ngikut, banyaknya yang nyangkut nanti. Akan selalu ada hari esok yang lebih baik," ujarnya.