Mirip Topi Penyihir, Ini Sejarah dan Fungsi Utama Traffic Cone
VIVA – Bentuknya memang mirip seperti topi penyihir di dongeng-dongeng anak, tapi fungsi traffic cone jelas bukan untuk menakuti orang. Melainkan, traffic cone digunakan sebagai alat bantu di jalan raya.
Dikutip dari Instagram @official.jasamarga, pada Selasa 28 September 2021, dijelaskan bahwa alat mirip topi penyihir itu atau traffic cone digunakan sebagai sarana manajemen lalu lintas di jalan tol.
Kemudian, berdasarkan pengertian utamanya traffic cone atau kerucut lalu lintas merupakan alat pengendali dan pengaman lalu lintas yang berbentuk kerucut dan digunakan untuk kepentingan rekayasa lalu lintas seperti contra flow, pekerjaan jalan dan bencana alam.
Baca juga: Siang Ini Jakarta Bakal Cerah Berawan dan Malam Hujan Ringan
Sementara, fungsi traffic cone sendiri di jalan tol ada beberapa manfaat untuk sarana manajemen lalu lintas, seperti rekayasa lalu lintas, perbaikan jalan tol dan penanganan gangguan lalu lintas di jalan tol.
Fungsi dari traffic cone tersebut juga tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 82 tahun 2018 tentang alat pengendali dan pengaman pengguna jalan pasal 35.
Adapun syarat dari traffic cone tersebut tidak hanya berbentuk kerucut dan berwarna orange. Melainkan, traffic cone harus dilengkapi dengan pemantul cahaya atau lapisan reflektif dan berbahan tahan lama.
Lalu, bagaimana sih sejarah dibuatnya traffic cone?
Dikutip VIVA dari berbagai sumber, bahwa traffic cone ini berawal dari pelukis jalanan di Los Angeles bernama Charles Scanlon yang merancang sebuah penanda kerucut guna mencegah mobil lewati jalanan yang baru di cat.
Penanda jalan ini pertama kali digunakan sekitar 80 tahun lalu atau sekitar tahun 1940. Traffic cone ini dahulu terbuat dari kayu dan bahan yang tidak tahan lama, sehingga mudah ditabrak pengguna jalan raya.
Setelah itu, Scanlon bekerja sama dengan rekannya Rodney Taylor untuk membuat penanda yang lebih awet, sehingga terciptalah kerucut berbahan karet ban bekas.