Cerita Mendag Lutfi Beras RI Laku di Arab Saudi karena Nasi Goreng
- Antara/HO-Kemendag
VIVA – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan, Indonesia telah berhasil mengekspor beras mahal ke Arab Saudi. Penyebabnya, banyak masyarakat Tanah Air di sana yang rindu masakan nasi goreng.
Padahal, Lutfi menjelaskan, beras hasil ekspor Indonesia yang dijual di negara tersebut adalah beras-beras yang memiliki nilai jual Rp15.000 per kilogram nya. Namun tetap banyak permintaannya.
"Paket 5 kilogram itu harganya lebih dari Rp15 ribu per kilogram, jadi artinya meski harga beras Indonesia tinggi," kata dia di acara Trade Expo Indonesia 2021, Senin, 27 September 2021.
Menurutnya, jenis beras tersebut digemari karena memiliki ciri khas yang pulen dan wangi. Selain itu, dalam pemrosesannya beras yang dijual memiliki kadar bulir patah atau broker sekitar 5 persen.
"Karena pulen, wangi, kadang-kadang prosesnya masih 5 persen broken, dibikin nasi goreng enggak ada yang bisa ngalahin. Jadi ini yang kita kerjakan di jual ke Saudi Arabia," papar Lutfi.
Adapun faktor pendorong penjualan beras tipe ini tinggi, menurutnya, disebabkan penggunaan beras ini untuk komoditas-komoditas olahan masakan Indonesia. Pembelinya pun mayoritas orang Indonesia.
Baca juga:Â Ada Peran Aparat dan Pejabat di Balik Maraknya Tambang Ilegal
"Dijualnya kepada komoditas Indonesia ke Saudi dan ini mungkin kita bisa jualnya ke Malaysia, ke Hong Kong, di mana orang-orang Indonesia banyak di sana bisa menajadi terobosan pasar baru," tutur dia.
Dengan perbaikan rantai pasokan ke depannya, Lutfi meyakini, Indonesia ke depannya mampu menjadi salah satu negara eksportir terbesar beras dunia. Tidak lagi bermasalah di dalam negeri.
"Saya yakin di masa-masa mendatang punya supply yang cukup untuk menjadi eksportir beras. Tapi untuk pertama kalinya memang beras ini harus khas Indonesia dulu supaya nasi gorengnya serasa nasi goreng di Jawa lah," ucapnya.
Selain, beras, Lutfi mengatakan Indonesia juga berhasil mengekspor ayam ke Jepang. Ini karena adanya toko kecil di daerah pinggiran Osaka milik diaspora Indonesia yang membutuhkan ayam potong halal.
"Dijual itu ternyata dari satu permintaan toko kecil di Jepang itu kita bisa dobrak pasar Jepang dengan industri ini. Sekarang makanannya sudah jadi olahan, seperti sosis segala macam," ungkap Lutfi.