Nelayan Bontang Dapat Dukungan untuk Budidaya Lobster dan Kerapu

Benih lobster. Sumber : kkp.go.id
Sumber :
  • vstory

VIVA – PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) memperkuat komitmennya untuk terus meningkatkan produktivitas masyarakat maritim di kota Bontang. Hal ini terwujud dalam salah satu program pengembangan ekosistem perairan yang tertuang pada program Creating Shared Value (CSV) Perusahaan, yang menaungi nelayan-nelayan Kota Bontang pada sektor budidaya Lobster dan Kerapu di Keramba Jaring Apung (KJA).

Aturan Tata Kelola BBL Untungkan Nelayan

Melalui konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle), KJA untuk nelayan binaan PKT ini dibangun dari sisa material pabrik yang dimanfaatkan ulang sebagai bahan baku, baik kayu untuk tiang penyangga serta drum bekas yang telah dinetralisir.

Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi menjelaskan program yang dimulai sejak 2016 ini didasari dari semangat PKT untuk membantu mewujudkan pemberdayaan masyarakat maritim yang mandiri di kota Bontang.

Ketua OJK Minta Penghapusan Utang Macet Petani hingga Nelayan Segera Dijalankan

“Di Bontang ini, kami melihat tingginya potensi budidaya lobster dan kerapu, yang pada saat itu masih sulit ditemui di kota ini,” katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu 25 September 2021.

Baca juga: Alasan Luhut Wacanakan PeduliLindungi Jadi Alat Pembayaran Digital

Kesepakatan KTNA dan Organisasi Tani: Dorong Swasembada Pangan dan Energi

Melalui pengembangan KJA ini, diharapkannya bisa menjadi sarana edukasi bagi nelayan. Dia mengatakan, komitmen Pupuk Kaltim terhadap lingkungan dan ekosistem perairan dengan peningkatan produktivitas nelayan.

“Program ini juga sejalan dengan komitmen PKT terhadap pelaksanaan industri hijau berbasis lingkungan,” kata Rahmad.

Pembinaan Pupuk Kaltim bagi nelayan pesisir Bontang, lanjut dia, menunjukkan peningkatan produktivitas yang signifikan di tahun 2021, baik untuk tingkat kesejahteraan maupun kemampuan budidaya. Dari 80 orang anggota yang tergabung dalam pembinaan KJA PKT, hasil panen telah mencapai 3,5 ton kerapu dan 400 kilogram lobster siap konsumsi sepanjang tahun 2021, hingga bulan Agustus.

Selain itu, sebanyak 95 persen fasilitas yang digunakan nelayan binaan didukung penuh oleh PKT, termasuk manajemen pemasaran yang sebelumnya merupakan kendala utama bagi nelayan budidaya di Bontang.

“Keberhasilan budidaya ikan kerapu dan lobster di KJA ini juga erat kaitannya dengan kemampuan perusahaan untuk pengolahan limbah. Lokasi KJA binaan PKT terletak pada lokasi yang sangat dekat dengan pabrik PKT, sehingga dapat dijadikan sebagai bio indikator yang menunjukkan bahwa pengelolaan limbah cair yang baik di PKT yang tidak mengganggu kehidupan lingkungan perairan di sekitar,” tambah Rahmad.

Dia mengatakan, pihaknya terus mendorong peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, di mana program CSV kini mampu memberdayakan lebih banyak nelayan dengan berbagai peningkatan program, mulai replikasi KJA di berbagai lokasi, hingga pengembangan lini bisnis lainnya. Tidak hanya Kerapu dan Lobster, pengembangan sektor budidaya KJA ini juga terus didorong PKT bagi nelayan binaan guna semakin menciptakan masyarakat maritim yang lebih mandiri secara usaha. 

Selain upaya diversifikasi tersebut, PKT juga membentuk Koperasi Nelayan (Kopnel) Bontang Eta Maritim (BEM) sebagai induk pengelolaan, pendampingan, dan budidaya KJA binaan PKT. 

Hingga kini, Kopnel BEM mampu tumbuh dan berkembang dengan 88 anggota yang di dalamnya termasuk nelayan Pulau Gusung dan Bontang Kuala. Kopnel BEM dibuat dengan harapan nantinya Ketika PKT tak lagi melakukan pendampingan, nelayan binaan sudah bisa mandiri dan mengembangkan usaha secara baik dan benar.

Untuk diketahui, sebagai kota dengan 70 persen wilayah laut, Bontang yang terletak di Kalimantan Timur telah lama dikenal sebagai kota maritim berkebudayaan industri yang bertumpu pada kualitas sumber daya manusia dan lingkungan hidup.

Saat ini, mayoritas masyarakat maritim di kota Bontang terdiri atas lebih dari 7.000 rumah tangga nelayan perikanan tangkap dan perikanan budidaya pada tahun 20201. Dari jumlah masyarakat maritim tersebut, masih menyimpan potensi untuk terus dikembangkan secara berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya