Curhat Peternak Ayam ke Jokowi, Rugi 3 Tahun hingga Harga Pakan Tinggi

Rapat koordinasi peternak ayam mandiri se Jawa.
Sumber :
  • Muhammad AR/VIVA.

VIVA – Para perternak ayam boiler yang tergabung dalam beberapa organisasi bertemu Presiden Joko Widodo pada 15 September 2021 pekan lalu di Istana Jakarta.

Berbagai masalah dan usulan diungkapkan para peternak, dari mulai merugi tiga tahun, harga daging yang terus turun akibat pakan, hingga persaingan tidak sehat yang dilakukan koporasi. Petemuan itu diwakili 10 orang peternak ayam mandiri masyarakat.

Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Herry Darmawan menuturkan, hasil pertemuan itu dijelaskan kepada seluruh anggota peternak saat melakukan pertemuan di Kota Bogor, Jawa Barat, hari ini.

“Persoalan pertama yang kita usulkan membentuk tim investigasi jagung, ada sesuatu yang tidak beres, di pihak lain stok banyak, di lain pihak kita bilang enggak ada barang,” kata Herry diwawancarai VIVA di Bogor, Rabu, 22 September 2021.

Usulan tim investigasi itu, lanjut Herry, diungkapkan kepada presiden lantaran ada ketidaksesuaian antara klaim Pemerintah dan stok ketersediaan jagung. Pemerintah mengklaim stok jagung surplus 2 juta ton. 

Faktanya, jagung dipasaran sulit dengan harga Rp6.200. Padahal Dalam Permendag peraturan harga jagung maksimal Rp4.500.

“Apa jawabannya pak presiden, saya sudah mendengar info itu dan saya akan segera perintahkan Kapolri untuk  mengivestigasi,” jelasnya.

Akibat tingginya harga jagung, mengakibatkan harga day old chick (DOC) atau anak ayam umur sehari naik. Jagung merupakan 50 persen komposisi terbesar dari pembuatan pakan ayam. Sehingga peternak memohon agar pemerintah bisa menyediakan stok jagung nasional.

RK Yakin Dukungan Jokowi Diikuti Pendukungnya: Pasti Berdampak

“Nah, karena jagung ini pangkal semuanya, kita usulkan pak presiden kalau bisa ada cadangan jagung nasional, kita minta 500 ribu ton agar harga pakan turun. Spontan pak presiden jawab bagus itu, pak mentan tolong diurus, sesegera mungkin, itu yang saya ingat,” tambahnya.

Herry mengungkapkan, sudah tiga tahun peternak ayam potong merugi. Harga daging ayam terus turun hingga Rp12 ribu jauh dari Harga Pokok Penjualan (HPP) para peternak yakni di atas Rp19 ribu. Kerugiannya itu disebabkan karena kelibihan pasokan atau over supply, dan harga pokok produksi tinggi.

Momen Jokowi Full Senyum Saksikan Langsung Timnas Indonesia Bekuk Arab Saudi di GBK

Over supply sudah ditangani oleh Kementan dengan menerbitkan surat edaran terkait cutting. Menurut dia, cutting pemotongan kalau DOC 70 juta bibit, dipotong menjadi jadi 40 juta bibit. Dan sudah sekitar 60 persen berjalan selama 8 kali, namun kebijakan itu tidak berpengaruh.

“Harga jauh masih terpuruk bulan lalu  harga ayam sampaiRp 12 ribu. Padahal modal peternak itu Rp19 ribu,” jelasnya.

Jokowi Turun Gunung Bantu Menangkan RK-Suswono, Loyalis Anies: Gak Ngaruh!

Over supply lanjutnya, juga sudah ditangani oleh Kementerian Perdagangan, dengan menerbitkan surat untuk membeli ayam peternak dengan harga HPP. Namun belum juga berdampak pada harga.

Lanjut Herry, kemudian para peternak mengungkapkan persaingan yang kurang sehat yang dialami oleh peternak kecil. Pasar peternak kecil sering kali bersaing dengan perusahaan korporasi sehingga diperlukan segmentasi produk ayam boiler.

Baca juga: Neraca Komoditas Mau Diterapkan 2022, Ini Respons GAPMMI

Contohnya, peternak membeli pakan dan dipabrik A dan DOC ayam umur sehari. Setelah dipelihara hingga besar, peternak kemudian menjualnya ke pasar tradisional. Namun pabrik A punya pakan dan bibit melakukan budidaya juga jual ke pasar yang sama.

“Ini kan jadi ada ketidakseimbangan. Harusnya perusahaan tidak boleh menjual ayam hidup, karena menjual ayam hidup merupakan segmen pasar peternak rakyat mandiri kecil. Direspons pak presiden, bahwa langsung pak mentan dan pak mendag itu enggak benar, itu harus ditata, bagaimana pun juga yang kecil harus dilindungi,  kalau begini terus yang (peternak) kecil mati itu responsnya,” jelas Herry.

Selain harga pakan yang mengakibatkan naiknya harga ayam, kata Herry, peternak juga mengusulkan ayam para peternak dimasukan dalam program (BPNT) Bantuan Pangan Non Tunai. Agar Pemerintah pusat memerintahkan BPNT berisi ayam beku dan telor. Sehingga selain dampak ekonomi, juga dampak gizi dan juga cita-cita mengurangi stunting juga tercapai.

“Langsung direspons presiden, bagus itu nanti saya segera hubungi Kemensos gitu,” jelas Herry.

Herry berharap pertemuan peternak dengan Presiden Jokowi dapat diitindaklanjuti oleh para menterinya.

“Kita seperti diledek setelah ketemu presiden harga ayam malah turun pakan malah naik,m” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya