Rogoh Miliaran, Ini Alasan Jusuf Hamka Bangun Masjid Arsitektur China
- Arrijal Rachman/VIVA.
VIVA – Pengusaha muslim keturunan Tionghoa, Jusuf Hamka, mengaku merogoh kocek hingga miliaran untuk membangun masjid-masjid Babah Alun. Dia pun memiliki program membangun 1.000 masjid di seluruh Indonesia.
Meski demikian, dia mengaku, ingin mengubah konsep program 1.000 masjid tersebut. Sebab, dia mendapat banyak masukan untuk mengubah konsep programnya menjadi 1.000 kebaikan karena banyaknya masjid kosong.
Salah satu orang yang memberikan usulan itu dikatakannya adalah Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil. Sofyan menurutnya menyaksikan langsung banyak masjid di Aceh yang kosong kini.
"Program ke depannya mungkin bedah masjid kali yah, yang rusak. Karena pak Sofyan bilang, saya orang Aceh, di Aceh masih banyak yang sepi, karena kebanyakan mungkin," tutur dia, Selasa, 31 Agustus 2021.
Namun, begitu, dia menyatakan, tidak serta merta akan memberhentikan program 1.000 masjid tersebut saat ini, meski sudah terbangun lima. Dia menargetkan bisa membangun 10 masjid di beberapa wilayah Indonesia dari program tersebut.
Adapun 5 Masjid Babah Alun yang telah dibangun adalah di kawasan Jabodetabek, Pertama di kolong Tol Layang Tanjung Priok, Kedua di di kolong Tol Ir Wiyoto, Jalan Pasir Putih, Ancol dan Ketiga di ketiga di pinggiran Tol Depok-Antasari (Desari) Cilandak.
Baca juga: Airlngga Ungkap Jokowi Ingin 30% Kredit Perbankan Mengalir ke UMKM
"Untuk yang ketiga ini saya juga kaget kemaren waktu rapat direksi saya pikir bikin ini cuma Rp5 miliar ternyata Rp8 miliar, yang mahal ini aksesorisnya sendiri Rp3,5-4 miliar," ungkap pria yang akrab disapa Babah Alun ini.
Sementara itu, yang keempat dibangun di di pinggiran Tol Sentul Selatan sedangkan yang Kelima dikatakannya dibangun di kawasan Jl. Taman Suropati. Sisanya, untuk Masjid Babah Alun akan lebih banyak dibangun di luar kawasan Jabodetabek.
"Keenam rencananya di Cimanggis, Ketujuh di Kutawaringin, Bandung Barat, Kedelapan di Sumedang, Kesembilan di Tarakan, 10 di Pontianak. 10 dulu ya cukup. Tarakan bekas kantor saya, Pontianak bekas kantor saya dulu juga," papar Jusuf.
Untuk program 1.000 kebajikan pengganti program 1.000 masjid ke depannya kata dia akan menggunakan konsep bedah masjid. Melalui program ini, dia lebih menginginkan untuk memperbaiki masjid-masjid atau musala yang sudah rusak namun tetap memiliki banyak jemaah.
"Teman-teman minta 1.000 kebajikan ke depan dari pada 1.000 masjid enggak ada jemaahnya, nanti sepi. Itu saja kalau ada musala atau masjid yang mau, gayanya tapi pakai arsitekturnya Babah Alun, pasti kita bantu," tegas Jusuf.
Meski demikian, Jusuf menekankan, bagi masjid atau musala yang ingin diperbaiki harus mau untuk diubah gaya arsitekturnya menjadi gaya yang telah dia terapkan saat ini, yakni berupa arsitektur gaya China atau Tionghoa.
"Ya harus kayak gini dong, kalau lu enggak mau cari sendiri. Bukan mau bikin Chinanisasi, bukan. Coba pikir deh, mau bikin model Timur Tengah, oh biasa saja tapi kalau gaya China, loh bagus tuh katanya, yuk kita buat selfie-selfie yuk," ucap dia.
Jusuf mengaku, belum ada pihak-pihak yang memprotes penggunaan gaya arsitektur China di masjid-masjid bikinannya, baik dari etnis Tionghoa maupun masyarakat Islam pada umumnya. Bahkan ormas semacam Front Pembela Islam (FPI) pun tidak.
"Kalau orang Tionghoanya kalau dia mau protes dia tau bukan duit dia. Kalau yang waktu di kolong tol sempat anak-anak FPI pikir itu Kelenteng waktu dibangun tapi begitu dia datengin, dia tanya siapa yang punya, oh Pak Jusuf Hamka. Oh iya-iya-iya katanya, bahkan bukan mudur, dia sering pakai buat itikaf di situ, dipakai sampai sekarang," tutur Jusuf.
Mau tahu kelanjutan kisah tentang Jusuf Hamka, saksikan wawancara lengkapnya dalam Program Speed Talk yang telah ditayangkan di Channel YouTube VDVC Talk #SpeedTalk #CariBeritaditvOne.