Alasan Bank Pelaksana Mau Fasilitasi LCS Indonesia dan China
- Pixabay
VIVA – Bank-bank pelaksana dari fasilitas penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) antara Indonesia dan China mengungkapkan alasannya bersedia ditunjuk oleh kedua bank sentral negara tersebut.
United Overseas Bank Ltd (UOB) menjadi salah satu appointed cross currency dealer (ACCD) yang ditunjuk Bank Indonesia (BI) dan People's Bank of China (PBC) memberikan layanan transaksi di perdagangan bilateral dan arus investasi memanfaatkan rupiah dan yuan.
Deputy Chairman and Chief Executive Officer UOB Wee Ee Cheong mengatakan, UOB juga merupakan satu-satunya bank yang berkantor pusat di Singapura yang disetujui oleh People's Bank of China (PBC) menjadi direct market maker untuk mata uang yuan dan rupiah.
Baca juga: IHSG Dibuka Hijau dan Bakal Menguat, Intip Saham Rekomendasinya
Dengan lisensi ACCD, anak perusahaan UOB, yakni UOB China dan UOB Indonesia dikatakannya akan dapat membuka akun dengan mata uang yuan dan rupiah di dalam negeri dan menawarkan pertukaran lintas mata uang, pembiayaan, swap, dan forwards untuk nasabah korporasi dan institusi di kedua negara.
Wee pun menjelaskan, UOB China dan UOB Indonesia mengajukan permohonan lisensi ACCD menyusul meningkatnya permintaan akan layanan mata uang lintas negara yang efisien dari perusahaan-perusahaan di kawasan Asia.
"Kami melihat adanya peningkatan kebutuhan akan layanan lintas negara yang efektif, mulai dari pembiayaan dan manajemen kas hingga FX," tuturnya dikutip dari keterangan resmi, Selasa, 7 September 2021.
Pada 2020, volume perdagangan antara China dan Indonesia dikatakannga mencapai US$78,4 miliar, sementara impor China dari Indonesia tumbuh sebesar 9,5 persen. Pada tahun yang sama, investasi asing langsung China ke Indonesia melonjak 86,5 persen menjadi hampir US$2 miliar.
Dalam rangka membantu nasabah mendapatkan keuntungan dari peningkatan konektivitas keuangan antara China dan ASEAN, UOB menurutnya akan terus meningkatkan Currency One-Stop Service ASEAN atau Layanan Satu Pintu Mata Uang di China.
Layanan ini akan menyediakan pertukaran langsung yuan dengan solusi pembiayaan dan lindung nilai dalam berbagai mata uang ASEAN. Termasuk diantaranya adalah Rupiah milik Indonesia, Dolar Singapura, Baht Thailand, Ringgit Malaysia.
"Kami juga akan membantu memperkuat integrasi dan kerja sama keuangan antar kawasan dan diharapkan dapat mendorong arus perdagangan dan investasi yang lebih besar di sepanjang koridor China-ASEAN," papar Wee.