Rupiah Melemah Jelang Simposium Jackson Hole

Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Kamis, 26 Agustus 2021. Di pasar spot, rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.422 per dolar AS hingga pukul 09.30 WIB, melemah 0,17 persen dari penutupan perdagangan kemarin.

OJK Sebut Pilkada 2024 Bakal Beri Dampak Positif ke Ekonomi Lokal

Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) terakhir menetapkan nilai tengah rupiah di level Rp14.408 per dolar AS. Level ini menguat  sekitar 0,11 persen dari nilai tengah hari sebelumnya di level Rp14.391 per dolar AS.

Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, melemahnya pegerakan rupiah hari ini masih dipicu oleh makin memburuknya penyebaran COVID-19. Ditambah masih dinantinya kejelasan kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve.

Rupiah Melemah Dipicu Kekhawatiran Perang di Ukraina dan Timur Tengah

"Kekhawatiran tentang penyebaran global COVID-19 Varian Delta khususnya, di samping tanda-tanda bahwa Federal Reserve AS dapat memulai pengurangan aset nanti pada tahun 2021," tutur dia, dikutip dari analisisnya hari ini.

The Fed ditegaskannya baru akan mengumumkan garis waktu kebijakan moneternya untuk pengurangan aset dan kenaikan suku bunga pada Simposium Jackson Hole Tahunan, yang berlangsung dari 26 hingga 28 Agustus 2021.

Pertamina Eco RunFest 2024, Dorong Pemberdayaan UMKM hingga Pertegas Komitmen Capai NZE 2060

Dari dalam negeri, dia menilai bahwa pada dasarnya memberikan sentimen positif. Setelah strategi pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah Indonesia menunjukkan hasil yang baik. Terutama dalam hal menurunnya angka penyebaran COVID-19.

"Komitmen Pemerintah ditunjukkan melalui refocusing Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan meningkatkan anggaran Program PEN 2021 hingga saat ini telah mencapai sebesar Rp744,77 triliun," tuturnya.

Hal ini berpengaruh terhadap permintaan domestik yang tercermin dari Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 5,93 persen year on year (yoy). Dan juga, direspons dengan peningkatan kapasitas produksi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh 7,54 persen yoy.

Perbaikan permintaan global menurutnya, juga menjadi stimulus tambahan sehingga ekspor dan impor dapat tumbuh tinggi masing-masing sebesar 31,78 persen dan 31,22 persen yoy. Momentum pemulihannya terlihat kuartal II-2021, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 7,07 persen yoy.

Dengan berbagai perkembangan tersebut Ibrahim menilai, mata uang rupiah pada hari ini kemungkinan masih akan terus bergerak berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp14.380-Rp14.420  per dolar AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya