Target RI Kuasai 40 Persen Pasar Digital ASEAN, Begini Strateginya
- Antara/HO-Kemendag
VIVA – Pemerintah menargetkan, Indonesia bisa menjadi pemain utama pasar ekonomi digital di ASEAN mulai 2025. Ini diyakini bisa terealisasi dengan melihat tren perkembangan pasar ekonomi digital dalam negeri.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, sesuai dengan target yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, pada tahun itu Indonesia harus bisa menguasai 40 persen pasar ekonomi digital ASEAN.
"Presiden targetkan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia di 2025 dapat menguasai sekitar 40 persen dari total potensi ekonomi digital di ASEAN," tuturnya di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin, 23 Agustus 2021.
Untuk itu, Lutfi menekankan, pentingnya memanfaatkan berbagai kerja sama perdagangan internasional. Salah satunya adalah dengan adanya pengesahan regulasi terkait ASEAN Agreement on Electronic Commerce.
"Oleh karena itu Pemerintah berupaya untuk memanfaatkan perdagangan internasional khususnya terkait perdagangan e-Commerce lewat kerja sama negara ASEAN," tuturnya.
Kekuatan ekonomi digital dalam negeri menurutnya, terus meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun ini, dia mengatakan, diprediksi pertumbuhan e-Commerce di Indonesia 33,11 persen menjadi Rp354,3 triliun.
Sementara itu, dia melanjutkan volume transaksinya akan mencapai 68,34 persen per tahun dengan catatan pada 2021 diperkirakan mencapai 1,3 miliar atau naik 38,17 persen dibanding 2020 hanya 925 juta transaksi.
"Perkembangan ekonomi digital saat ini sudah tidak dapat terbendung lagi. Arus transaksi digital sudah memasuki gelombang kedua dan ketiga, dengan munculnya pemain di sektor sektor baru," paparnya.
Baca juga:Â Erick Thohir Kasih Wejagan Khusus untuk PNM hingga Nasabahnya
Di sisi lain, dia melanjutkan, peran e-Commerce terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di ASEAN juga terus meningkat dengan total saat ini mencapai 7 persen dari keseluruhan PDB ASEAN.
"Diperkirakan akan tumbuh menjadi US$200 miliar pada 2025. Selama 2015-2019 di ASEAN telah tumbuh tujuh kali lipat dari US$5,5 miliar pada 2015 menjadi US$38 miliar pada 2019," ungkap Lutfi.