BI: Defisit Transaksi Berjalan RI Mulai Naik pada Kuartal II-2021

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Bank Indonesia mengumumkan, neraca pembayaran Indonesia pada kuartal II-2021 mengalami defisit sebesar US$400 juta. Dipicu oleh mulai naiknya defisit transaksi berjalan meskipun masih pada level yang rendah.

Neraca Pembayaran Indonesia Alami Surplus Menjadi Sinyal Stabilitas Ketahanan Eksternal yang Terjaga

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, transaksi berjalan pada periode laporan defisit US$2,2 miliar atau 0,8 persen dari PDB, meningkat dari kuartal I yang US$1,1 miliar atau 0,4 persen dari PDB.

"Defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2021 tetap rendah meski meningkat sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik," tutur dia dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 20 Agustus 2021.

Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal III-2024 Surplus US$5,9 Miliar

Baca Juga: Beredar Foto Ryan Jombang Bareng Habib Bahar, Kalapas: Mereka Damai

Perkembangan defisit ini menurutnya dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca barang, didukung oleh kenaikan ekspor karena meningkatnya permintaan negara mitra dagang utama dan harga komoditas dunia seiring dengan kenaikan impor.

Defisit Neraca Pembayaran RI Kuartal II-2024 Turun Jadi US$0,6 Miliar

Sementara itu, Erwin melanjutkan defisit neraca pendapatan primer meningkat akibat kenaikan pembayaran imbal hasil investasi berupa dividen seiring perbaikan kinerja korporasi pada periode laporan.

Di sisi lain, defisit neraca jasa juga dikatakannya meningkat, antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight impor barang.

Pada kuartal II 2021, transaksi modal dan finansial tercatat surplus sebesar US$1,9 miliar atau 0,7 persen dari PDB, melanjutkan capaian surplus pada kuartal sebelumnya sebesar US$5,5 miliar atau 2,0 persen dari PDB.

"Ditopang oleh aliran masuk neto investasi langsung yang meningkat menjadi US$5,3 miliar terutama dalam bentuk modal ekuitas sejalan dengan prospek perekonomian domestik yang membaik," tegas dia.

Aliran investasi portofolio masuk secara netto sebesar US$4,4 miliar, turun dari US$4,9 miliar pada kuartal sebelumnya sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya