Rupiah Terpuruk di Akhir Pekan, Ini Faktor yang Memengaruhi

Rupiah Melemah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih terus berfluktuasi pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat, 20 Agustus 2021. Bahkan, rupiah telah diperdagangkan di level atas Rp14.460 per dolar AS.

Menguat Selasa Pagi, Rupiah Berpotensi Balik Melemah Dipicu Sentimen Trump

Di pasar spot, pada perdagangan pagi ini pukul 09.47 WIB, rupiah telah ditransaksikan di level Rp14.467 per dolar AS. Bergerak melemah 0,45 persen dari penutupan perdagangan kemarin di posisi Rp14.402.

Adapun data terakhir kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar (Jisdor) Bank Indonesia pada 15.15 WIB kemarin telah menetapkan nilai tengah rupiah di level Rp14.414 dari hari sebelumnya Rp14.384.

Animo Simpanan Valas Meningkat, Nilai Tukar Jadi Lebih Untung untuk Liburan ke Luar Negeri

Baca Juga: Beredar Foto Ryan Jombang Bareng Habib Bahar, Kalapas: Mereka Damai

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan pelemahan ini dipicu oleh sinyal bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang akan mulai mengurangi stimulus moneter mulai tahun ini.

Rupiah Melemah Dipicu Sentimen Kebijakan Trump hingga Perlambatan Ekonomi China

"Sebagian besar pembuat kebijakan Federal Reserve sepakat bahwa pengurangan stimulus akan dimulai tahun ini," kata dia dikutip dari analisisnya hari ini.

Dia menegaskan, dalam risalah pertemuan 27-28 Juli yang dirilis kemarin malam, pejabat Fed melihat potensi untuk mengurangi stimulus pembelian obligasi tahun ini jika ekonomi terus membaik.

"Pengurangan pembelian utang biasanya positif untuk dolar karena itu berarti The Fed tidak akan membanjiri sistem keuangan dengan uang tunai," tegas Ibrahim.

Dari dalam negeri, dia melanjutkan, faktor menyebabkan rupiah semakin tertekan adalah perlambatan ekonomi yang semakin terasa akibat kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 dan 4.

"Memasuki bulan Juli-Agustus sudah terjadi stagnasi ekonomi dan ini bisa dilihat dari aktivitas ekonomi yang lesu terutama daya beli (konsumsi) masyarakat yang masih lambat," tuturnya.

Di sisi lain, Bank Indonesia masih memberikan angin segar dengan kembali menahan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate yang tetap rendah di level 3,5 persen. Ini akan terus menginjeksi likuditas ke perekonomian.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat  terbatas di rentang Rp14.390-Rp14.420 per dolar AS," tegas Ibrahim.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya