Kuartal II, Utang Luar Negeri RI Turun Jadi US$415,1 Miliar

Ilustrasi utang luar negeri Indonesia
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Bank Indonesia (BI) mengumumkan, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar US$415,1 miliar atau setara Rp5.935,93 triliun kurs Rp14.300 per dolar AS.

Ketua OJK Minta Penghapusan Utang Macet Petani hingga Nelayan Segera Dijalankan

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, besaran nominal ULN periode tersebut turun 0,1 persen dibandingkan dengan posisi ULN kuartal I 2021 sebesar US$415,3 miliar.

Secara tahunan, data yang diumumkan jelang hari kemerdekaan ini tumbuh melambat dari tahun sebelumnya. yakni, dari sebelumnya tumbuh 7,2 persen kuartal I 2021 menjadi 1,9 persen.

Incar Dana Segar Rp 4,71 Triliun dari IPO, MR DIY Pakai Buat Bayar Utang hingga Buka Toko Baru

"Perkembangan tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan ULN Pemerintah dan kontraksi ULN swasta," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 16 Januari 2021.

Baca juga: Jokowi Ingatkan BPK, Pemeriksaan BPK Tak Bisa Pakai Standar Situasi Normal

Dari Sungai hingga Laut, Dampak Polusi Plastik pada Ekosistem Perairan

Berdasarkan rinciannya, posisi ULN Pemerintah pada kuartal II-2021 mencapai US$205,0 miliar, tumbuh 4,3 persen. Namun, lebih rendah dari pertumbuhan pada kuartal I-2021 sebesar 12,6 persen.

"Perkembangan ini disebabkan oleh penurunan posisi pinjaman luar negeri (loan) seiring dengan pelunasan atas pinjaman yang jatuh tempo selama kuartal II-2021," ujarnya.

ULN Pemerintah ini untuk mendukung belanja prioritas, yang antara lain mencakup sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 17,8 persen dari total ULN Pemerintah.

Kemudian, untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial(17,2 persen, sektor jasa pendidikan (16,4%), sektor konstruksi 15,4 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi 12,6 persen.

"Posisi ULN Pemerintah triwulan II 2021 relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN Pemerintah," ujar dia.

Adapun untuk ULN swasta mengalami kontraksi sebesar 0,5 persen secara tahunan pada kuartal II-2021, setelah pada kuartal I-2021 tumbuh positif sebesar 2,6 persen secara tahunan.

Kontraksi ini dipicu oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan sebesar 6,8 persen secara tahunan, lebih dalam dari kontraksi kuartal sebelumnya sebesar 6,7 persen.

Selain itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan mengalami perlambatan sebesar 1,3 persen secara tahunan dari sebelumnya 5,4 persen pada kuartal I 2021.

"Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN swasta pada kuartal II 2021 tercatat sebesar US$207,2 miliar, atau menurun 0,8 perse dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya," tegas Erwin.

Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa 76,3 persen dari total ULN swasta.

"ULN Indonesia pada kuartal II 2021 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 37,5 persen, menurun dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya sebesar 39 persen," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya