Sejarah 97 Tahun Chevron di Blok Rokan

Chevron.
Sumber :
  • Getty Images

VIVA – Chevron lewat anak usahanya, PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) pada Minggu malam, 8 Agustus 2021 resmi mengakhiri sejarah panjangnya di Blok Rokan. Hampir satu abad, Chevron berupaya menggali potensi migas di wilayah kerja Rokan yang kini luasnya mencapai 6.453 km persegi yang berada di 5 Kabupaten.

Diikuti 12.300 Pelari, Pertamina Eco RunFest 2024 Sukses Digelar di Istora Senayan

Presiden Direktur CPI, Albert Simanjuntak mengucapkan, terima kasih atas kepercayaan yang diberikan pemerintah dalam mengelola Blok Rokan selama 97 tahun dan menjadikan wilayah itu sebagai penghasil minyak terbesar di Indonesia.

"Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan baik operasional maupun kegiatan yang mendukung masyarakat selama hampir satu abad," kata Albert dalam konferensi pers virtual dilansir Senin 9 Agustus 2021.

Yayasan Kesehatan Bangun Ekosistem Layanan Berkelanjutan Lewat Digitalisasi

Baca juga: Anindya Bakrie Jamin Pengurus Kadin 2021-2025 Orang-orang Terbaik

Berdasarkan catatan sejarah, Chevron telah ada di Indonesia yang diawali kedatangan empat ahli geologi dari Standard Oil Company of California (Socal) pada 1924. Pada 1930-an, Socal bekerja sama dengan Texaco yang akhirnya membentuk Caltex yang menjadi cikal bakal perusahaan Chevron Pasific Indonesia.

Toyota Hadirkan Sedan Crown Hybrid di GJAW 2024

Kegiatan pencarian migas yang dilakukan sejak era Kolonial Belanda tersebut baru memberikan hasil usai penemuan lapangan Duri pada 1941, lalu disusul penemuan lapangan Minas pada 1944.

Kedua lapangan tersebut merupakan lapangan minyak terbesar dari total 115 lapangan produksi di Blok Rokan saat ini.

Blok Rokan pernah mencetak produksi tertinggi menyentuh angka hampir 1 juta barel per hari pada 1973. Rata-rata kontribusi produksi Blok Rokan selama 70 tahun terakhir sekitar 46 persen dari produk minyak bumi nasional.

Kini, Blok Rokan menjadi salah satu tumpuan Indonesia dalam mendongkrak produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari dan 12 miliar kaki kubik per hari gas bumi (BSCFD) pada 2030.

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pun resmi mengambil alih pengelolaan tambang minyak bumi tertua di bumi Lancang Kuning tersebut selama 20 tahun ke depan. Perpindahan itu sesuai dengan amanat yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Menteri ESDM pada tahun 2018.

Lebih lanjut, Albert menyampaikan pesan kepada para pekerja eks-CPI yang sekarang telah menjadi karyawan PHR agar mereka menjaga keahlian, kreativitas, semangat kemitraan, kolaborasi, kinerja, dan integritas saat bekerja di organisasi baru Pertamina.

"Selalu jadikan keselamatan dan kesehatan sebagai prioritas utama. Rangkul keberagaman dan jaga semangat inklusi. Saya yakin di mana pun rekan-rekan berkarya, kualitas talenta yang dilengkapi dengan nilai-nilai tersebut akan menghasilkan kinerja yang cemerlang," ucap Albert. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya