Penguatan Rupiah Dihantui Arah Kebijakan The Fed

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada perdagangan kamis pagi di kisaran Rp14.300. Namun begitu, rupiah dinilai berpotensi balik arah karena dolar AS diprediksi akan semakin menguat karena kebijakan The Fed. 

Calon Bupati Citra Mus Optimis Wujudkan Era Baru Taliabu Emas

Di pasar spot pada perdagangan pukul 10.03 WIB, kurs rupiah berada di posisi Rp14.311 per dolar AS. Angka itu menguat 26 poin atau 0,18 persen dibanding perdagangan sebelumnya.

Sementara itu, berdasarkan data terakhir kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di posisi Rp14.324 atau menguat dibanding sebelumnya yang berada di posisi Rp14.362.

Bursa Asia Fluktuatif Akibat Pidato Ketua The Fed Terkait Suku Bunga AS

"Nilai tukar rupiah berpotensi berbalik melemah hari ini karena pernyataan pejabat the Fed semalam soal kemungkinan tapering," kata Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra kepada VIVA, Kamis, 5 Agustus 2021.

Baca juga: IHSG Berpotensi Tertahan, Cek Saham Potensi Cuan Hari Ini

IHSG Diproyeksi Terkoreksi, Intip Rekomendasi Saham Potensial Cuan

Ia menuturkan, pada tadi malam, dalam sebuah acara daring di AS, Wakil Gubernur the Fed, Richard Clarida mengungkapkan, peluang tapering akan terjadi di akhir tahun. 

"Tapering ini akan mengurangi likuiditas sehingga busa mendorong penguatan dolar AS," kata dia.

Selain itu, kekhawatiran pasar soal kasus COVID-19 juga masih menjadi salah satu faktor penekan rupiah dan nilai tukar emerging merket lainnya.

Di sisi lain, bila data PDB kuartal ke-2 Indonesia melebihi ekspektasi ekonom 6,5 persen secara tahunan (yoy), ini bisa menahan laju pelemahan rupiah hari ini.

"Nilai tukar rupiah berpotensi bergerak melemah ke kisaran 14.350 dengan potensi support di 14.300," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya