OJK Ungkap Bank Banyak Duit Bikin Bunga Tabungan dan Deposito Turun

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • M Yudha Prastya/VIVA.co.id

VIVA – Otoritas Jasa Keuangan mencatat dana masyarakat di perbankan sangat melimpah sehingga menyebabkan likuditas di perbankan juga sangat banyak. Akibatnya suku bunga deposito kian menurun.

Banyak Bank Bangkrut, OJK Pastikan Seluruh BPR dan BPRS di Indonesia Dalam Pengawasan Normal

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, dana masyarakat di perbankan melimpah dengan pertumbuhan 11,28 persen year on year pada Juni 2021. Sebelum Pandemi COVID-19 pertumbuhan itu katanya hanya sampai 6-7 persen.

Dengan tingkat pertumbuhan ini, dia menilai tidak mengherankan suku bunga simpanan atau deposito di perbankan kian menurun. Dia mengungkapkan, suku bunga deposito berjangka 1 tahun di perbankan kini rata-rata 5 persen dari sebelumnya 6-7 persen.

IHSG Menguat pada Sesi I, Saham ARTO hingga JSMR Ikut Kinclong

"Bahkan ada beberapa bank yang menawarkan di bawah 4 persen, ini menandakan masyarakat simpananya naik tapi bunganya turun sehingga bagi hasilnya turun," kata dia dalam webinar, Selasa, 3 Agustus 2021.

Baca juga: Kisah Santosa Doellah Bangun Batik Danar Hadi dari Mori Hadiah Nikah

The Fed Pangkas Suku Bunga, Ekonom Ungkap Dampaknya ke Indonesia

Oleh sebab itu, kecenderungan masyarakat saat ini dikatakannya makin banyak yang ingin memindahkan dananya ke instrumen investasi lain. Baik yang ada di pasar modal maupun di luar pasar modal seperti aset-aset kripto yang menawarkan imbal hasil sangat tinggi.

"Sehingga ini menjadi barang aset-aset lain termasuk aset kripto. Itu beberapa advisor menawarkan return yang tinggi. Ini masyarakat harus paham dan harus hati-hati jangan sampai hanya tertarik pendapatan yang tinggi," paparnya.

Khusus di pasar modal sendiri, Wimboh menceritakan, investor ritel mengalami peningkatan pesat hingga data per Juni 2021. Akibat rendahnya suku bunga deposito dikatakannya investor ritel melonjak hingga 5,9 juta secara tahunan pada bulan itu.

"Ini karena masyarakat tadi yang dananya di perbankan cukup tinggi tapi bunganya turun terus, tidak masalah, ini enggak apa-apa, ada alternatif di pasar modal. Tapi kita juga harus hati-hati di pasar modal memilih instrumennya," tegas Wimboh.

Kondisi peningkatan ini menurutnya, juga harus diwaspadai oleh regulator di pasar modal. Sebab, peningkatan demand atau permintaan dari investor ritel ini harus diimbangi dengan pasokan tempat investasi yang aman dan jelas agar tidak terjadi spekulasi yang berbahaya.

"Kita juga harus hati-hati di pasar modal memilih instrumennya. Kalau supply dan demand di pasar modal tidak seimbang ini bisa menjadi bubble dan bisa menimbulkan volitile harga di pasar modal dan sangat potensi menjadi sangat spekulasi," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya