Bisnis Nikel Cerah, PAM Mineral Targetkan Laba 2021 Rp103 miliar

Ilustrasi smelter nikel.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – PT PAM Mineral Tbk menargetkan, mampu mengumpulkan laba bersih dari nikel sebesar Rp103 miliar pada tahun ini. Target laba bersih yang diperkirakan mampu tercapai itu naik 263,46 persen dari laba bersih konsolidasi 2020 sebesar Rp28,45 miliar.

Laporan Bos PLN ke DPR: Keuangan PLN 3 Tahun Terakhir Terbaik Sepanjang Sejarah

Berdasarkan laporan keuangan interim Desember 2020, perusahaan membukukan penjualan senilai Rp195,44 miliar sehingga bakal meraup laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp28,45 miliar. Membaik dari kerugian komprehensif Rp14,07 miliar pada 2019.

Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan, perseroan mencatatkan laba usaha sebesar Rp33,57 miliar hingga Desember 2020. Kondisi ini juga membaik dibandingkan rugi usaha sebesar Rp16,5 miliar pada Desember 2019. 

Bumi Resources Minerals Cetak Laba Bersih US$16,43 Juta di Kuartal III-2024

Baca Juga: Analisa Arcandra Soal Tesla Pilih Nikel dari Australia Ketimbang RI

"Perseroan optimis penjualan nikel maupun laba usaha konsolidasi akan meningkat tajam pada 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata dia dikutip dari pemaparannya, Jumat, 30 Juli 2021.

Naik 1.044%, Laba Bersih Amman Mineral Capai US$717,11 Juta hingga September 2024

Dari sisi volume penjualan, Ruddy mengungkapakan, diproyeksikan juga akan tumbuh pesat mencapai 1.800.000 metric ton (MT) pada tahun ini. Angka ini naik 87,04 persen dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metric ton.

Ruddy optimis bisnis nikel ke depan cukup menjanjikan, seiring dengan tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik serta kecenderungan harga nikel yang semakin meningkat. 

"Pada tahun ini, Perseroan menargetkan meraup laba bersih sebesar Rp103 miliar,  meroket sebesar 263,46 persen dari laba bersih konsolidasi tahun 2020 yang diprediksikan sebesar Rp28,45 miliar," tuturnya.

Pemerintah menurutnya juga sedang mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), yang bekerjasama dengan produsen mobil listrik dunia, LG Chem (Korea) dan CATL (China).

"Karena itu, nikel berkadar rendah akan banyak dibutuhkan untuk campuran dengan jenis logam Cobalt sebagai bahan baku baterai. Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus meningkat, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter," paparnya.

Ruddy berkeyakinan bahwa ke depan Perseroan dan anak perusahaan dapat memiliki sumberdaya 28 juta ton lebih bijih nikel. Di sisi lain, rencana jangka pendek, perseroan akan memenuhi target sebanyak 1.800.000 MT bijih nikel sesuai Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). 

Dia juga mengatakan, kenaikan pendapatan penjualan utamanya berasal dari anak perusahaan, PT Indrabakti Mustika (IBM). Bijih nikel perseroan maupun anak perusahaan, IBM memiliki kadar Ni antara 1,4-1,8 persen.

IBM memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi seluas 576 hektare (ha). 

Sedangkan perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Desa Buleleng, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Lahan tersebut merupakan lahan IUP operasi produksi seluas 198 ha.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya