Cerita Wamen BUMN Soal Krakatau Steel dan PTPN Hampir Bangkrut

Wamen BUMN Kartika Wirjoatmojo (Kanan) dan Menteri BUMN Erick Thohir
Sumber :
  • Sherly/VIVAnews

VIVA – Kementerian BUMN buka-bukaan soal restrukturisasi dan transformasi bisnis dua BUMN besar, yaitu PT Krakatau Steel dan PT Perkebunan Nusantara III. Ada alasan kuat dibalik aksi korporasi itu.

Menteri Ara Setuju Tapera Bersifat Sukarela: Jangan Maksa-maksa

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menceritakan, restrukturisasi dan transformasi bisnis dilakukan guna mencegah kejatuhan kedua perusahaan pelat merah tersebut.

"Kebetulan hari ini saya berdiskusi dengan Pak Menteri BUMN (Erick Thohir) dan kita ada laporan mengenai progres transformasi yang ada di Krakatau Steel dan PTPN," kata Kartika dalam telekonferensi, dikutip Kamis, 29 Juli 2021.

Genjot Kinerja Bisnis, KSP Bakal Tambah Kawasan Pergudangan Baru

Dia menjelaskan, Krakatau Steel sebagai perusahaan baja dalam kondisi nyaris bangkrut sebelum direstukturisasi. Setelah hal itu dilakukan, perusahaan itu dua tahun terakhir tumbuh signifikan dari sisi keuangan dan bisnis.

Baca juga: Heboh Dugaan Kebocoran Data Nasabah, BRI Life Ungkap Faktanya

Masa Tenang Pilkada, Car Free Day di Sudirman-Thamrin Tidak Diberlakukan pada 24 November 2024

Berbagai pembenahan yang dilakukan tersebut telah membuat perusahaan itu membukukan laba dan mempunyai beberapa corporate action. Khususnya untuk mengubah visi dan model bisnis, sehingga menjadi sehat dan sustainable.

Lebih lanjut Tiko, panggilan akrab Kartika Wirjoatmodjo, mengatakan, kasus serupa juga dialami PTPN yang baru ditata kembali sekitar 1,5 tahun terakhir. Perusahaan itu sempat terbelit utang hingga hampir bangkrut.

"Di Indonesia, ada perusahaan kebun mau bangkrut itu aneh, karena kan negara ini agrikultur. Kok bisa hampir bangkrut," kata Tiko.

Karena itu, Kementerian BUMN melakukan transformasi bisnis, termasuk efisiensi operasional, refocusing bisnis, dan mendorong produktivitas tanaman. Kemudian, memperbaiki kompetensi manajemen, meningkatkan pengelolaan kebun, dan sebagainya.

Tiko mengklaim, perbaikan itu membuat PTPN mulai membukukan laba seiring dengan kenaikan harga komoditas. Lalu perusahaan itu jadi mempunyai rencana korporasi untuk menyatukan bisnis gula serta CPO, dan membayar kewajiban di anak perusahaan yang mengalami masalah.

"Ini dua contoh kasus yang menarik yang bisa dijadikan case study oleh DLI (Danareksa Learning Institute) di mana BUMN yang selama ini terkesan tak punya kemampuan turn-around itu terbukti sudah menjalankan turn-around secara lebih efektif," kata Tiko. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya