IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2021 Jadi 3,9 Persen

Ilustrasi target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – International Monetary Fund atau IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021. Sementara itu, perekonomian global diperkirakan tumbuh makin solid.

Ekonomi Tumbuh Stagnan 5 Persen, Bappenas: Indonesia Harus Keluar dari Middle Income Trap

Mengutip IMF World Economic Outlook Edisi Juli 2021, lembaga moneter internasional ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 3,9 persen pada 2021. Sementara itu, pada 2022 diperkirakan akan bisa tumbuh 5,9 persen.

Proyeksi pada 2021 turun hingga minus 0,4 persen poin dari proyeksi April 2021 yang sebesar 4,3 persen, sedangkan 2022 naik 0,1 persen poin.

Perekonomian Global Masih Stagnan, OJK Waspadai Dampaknya ke Perbankan RI

Adapun untuk perekonomian global, diperkirakan tumbuh hingga 6 persen pada 2021 dan 4,9 persen pada 2022. Adapun untuk kelompok negara emerging market dan negara berkembang tumbuh 6,3 persen 2021 dan 2022 sebesar 5,2 persen.

"Pemulihan ekonomi global berlanjut, tapi dengan pelebaran gap yang semakin besar antara negara maju, emerging market dan negara berkembang," kata Direktur Departemen Riset IMF Gita Gopinath, dikutip dari keterangannya, Rabu, 28 Juli 2021.

Calon Bupati Citra Mus Optimis Wujudkan Era Baru Taliabu Emas

Baca juga: IHSG Dibuka Melemah, Intip Rekomendasi Saham Hari Ini

Gita menjelaskan, revisi ini mencerminkan perbedaan tingkat penanganan dalam perkembangan pandemi saat varian delta menyebar pesat di berbagai belahan dunia. Terutama terkait cepatnya proses vaksinasi di negara-negara maju.

"Hampir 40 persen populasi di negara maju telah sepenuhnya divaksinasi, dibandingkan dengan 11 persen di negara-negara emerging market dan sebagian kecil di negara berkembang yang berpenghasilan rendah," paparnya.

Di sisi lain, dia melanjutkan, perbedaan dalam dukungan kebijakan adalah sumber kedua dari kesenjangan yang semakin dalam pada proyeksi ekonomi terbaru ini. Perbedaan kebijakan itu terutama terkait kebijakan fiskal pemerintahnya dalam menangani COVID-19.

"Kami melihat dukungan fiskal yang cukup besar yang berkelanjutan di negara maju dengan US$4,6 triliun dari langkah-langkah terkait pandemi yang diumumkan tersedia pada 2021 dan seterusnya,” katanya.

Revisi pertumbuhan global ke atas untuk tahun 2022 sebagian besar menurutnya mencerminkan dukungan fiskal tambahan yang diantisipasi di Amerika Serikat dan dari Next Generation European Union funds.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya