Menkeu: Dana Penanganan COVID-19 Dunia Sudah Tembus US$11 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Anwar Sadat/VIVA.

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pemerintahan negara-negara di berbagai belahan dunia telah mengucurkan dana sebesar US$11 triliun untuk menghadapi Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama 18 bulan.

Dharma Sebut Bio Weapon untuk Pandemi Selanjutnya Sudah Disiapkan, Gong Kematian Pengusaha Jakarta

Dia menekankan, seluruh alokasi anggaran yang telah terkucur tersebut merupakan bentuk ikhtiar pemerintahan berbagai negara untuk melindungi warga negaranya dari dampak Pandemi COVID-19 yang menghantam sektor kesehatan hingga ekonomi.

"Seluruh dunia tanpa kecuali semuanya menghadapi tantangan ini dan ikhtiar yang dilakukan, dampak dari COVID terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan tentu kesehatan, ancaman jiwa, itu begitu sangat besar," kata dia dalam diskusi virtual, Selasa, 27 Juli 2021.

Sri Mulyani Ungkap PPN Naik Jadi 12 Persen Sesuai UU Mulai 1 Januari 2025

Baca juga: Update IPO Bukalapak, Jadwal Pencatatan Perdana hingga Harga Saham

Seluruh negara, kata dia, termasuk Indonesia, telah menggunakan seluruh instrumen dan sumber dayanya untuk menghadapi virus asal Wuhan, China ini yang juga bisa bermutasi atau berkembang menjadi banyak varian.

Sri Mulyani Akui 2024 Jadi Tahun Berat Capai Target Penerimaan Pajak

"Bahwa untuk mengahadapi pandemi yang begitu hebat ini dunia bahkan telah mengalokasilan lebih dari US$11 triliun, seluruh negara menggunakan resources-nya, untuk melindungi rakyatnya dari COVID-19," papar dia.

Serupa, antar negara dikatakannya telah menggunakan anggaran sebesar itu untuk mencegah penyebaran pandemi, seperti dengan pembatasan pergerakan orang dan interaksi. Sehingga, pembatasan itu memberikan tekanan terhadap ekonomi.

"Di bidang kesehatan, mereka melakukan dengan berbagai cara yang harus memutus tali penularan dan itu implikasinya begitu dahsyat di bidang sosial, ekonomi bahkan politik karena masyarakat tidak boleh melakukan kegiatan seperti biasa, interaksi mobilitas, semua dibatasi," paparnya.

Semua usaha dan anggaran yang digelontorkan oleh pemerintah, termasuk Bank Indoensia melalui instrumen moneter dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui berbagai pelonggaran regulasi, dikatakannya hanya bertujuan untuk melindungi rakyat.

"Itu melindungi masyarakat, dunia usaha dan perekonomian agar bisa bertahan dan seluruh policy, regulasi, instrumen, sumber daya dipakai tidak hanya agar masyarakat bertahan, dunia usaha bertahan, namun juga bisa pulih kembali," tegas dia.

Akibat besarnya anggaran yang telah dikucurkan pemerintahan berbagai negara itu, Sri menyatakan, defisit fiskal mereka juga terus mengalami pelebaran yang tidak biasa. Di sisi lain, kebijakan moneter juga terus di perlonggar untuk mendukung pemulihan ekonomi.

"US$11 triliun sudah dibelanjakan seluruh dunia dalam bentuk fiskal defisit yang melebar, dalam bentuk monetary easing, yang semua tujuannya adalah untuk bisa menghadapi Pandemi COVID-19," ungkap Sri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya