Ada PPKM, Unilever Tetap Cetak Cuan Rp3 Triliun
- Unilever.co.uk
VIVA – PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp3 Trilin pada kuartal II-2021 (sebelum diaudit). Dibayangi pembatasan aktivitas masyarakat, penjualan bersih Unilever pada periode itu tercatat senilai Rp20,2 triliun.
Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk Ira Noviarti mengungkapkan, capaian penjualan itu ditopang oleh kontribusi positif dari produk makanan dan minuman.
“Pertumbuhan pasar FMCG (Fast Moving Consumer Goods) belum sepenuhnya pulih karena Pandemi COVID-19 menyebabkan konsumen masih berhati-hati dalam memilih pola konsumsi di beberapa kategori dasar," ujar Ira dikutip dari keterangannya, Kamis, 22 Juli 2021.
Dia mengatakan, sejumlah strategi bisnis pun disiapkan untuk menjawab segala tantangan yang terjadi di masa pandemi COVID-19 saat ini. Sebab jika tidak diantisipasi bisa memengaruhi kinerja perusahaan.
"Berbagai tantangan tersebut tentunya memengaruhi tingkat pertumbuhan dari Perseroan. Kondisi ini masih ditambah dengan kenaikan harga komoditas yang mulai memengaruhi biaya produk,” jelas Ira.
Selain itu Ira memastikan, bahwa strategi Perseroan pada jangka pendek dan jangka panjang memiliki bobot yang sama karena perubahan pasar sangat dinamis.
“Keduanya sama penting dan kami manifestasikan menjadi lima strategi prioritas perseroan," ungkapnya.
Baca juga: Terus Turun, BI Catat Suku Bunga Dasar Kredit Perbankan 8,86%
Kelima strategi bisnis itu Ira menjabarkan, pertama adalah mendorong pertumbuhan pasar melalui stimulasi konsumsi konsumen. Kedua, memperluas dan memperkaya portfolio ke value dan premium segment.
Ketiga, memperkuat kepemimpinan dalam inovasi dan future channel dan keempat, penerapan E-Everything di semua lini termasuk penjualan, operasional, dan penggunaan data. Serta kelima, menjadi yang terdepan dalam penerapan bisnis yang berkelanjutan.
Sementara itu, ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah menilai bahwa kinerja perusahaan FMCG seperti Unilever yang masih positif saat ini. Meski masih di bawah kinerja sebelum pandemi, dikarenakan produk-produk yang dihasilkan merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Dengan pengetatan mobilitas masyarakat yang berdampak langsung kepada tertekannya daya beli konsumen, tentu diversifikasi produk dan harga dapat menjadi strategi yang tepat. Demikian pula halnya dengan penguatan distribusi, khususnya yang berbasis daring.
“FMCG kan adalah barang-barang kebutuhan sehari yang, di tengah pandemi, tetap dibutuhkan dan digunakan. Jadi wajar saja kalau masih membukukan pendapatan positif. Meskipun, saya percaya pencapaian ini masih bisa dimaksimalkan bila dibandingkan kondisi sebelum pandemi," ujar Piter.