Defisit APBN di Akhir Semester I-2021 Capai Rp283,2 Triliun

Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers kinerja APBN (ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan realisasi kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Juni 2021 masih defisit. Defistinya pun terus melebar akibat belanja negara lebih besar ketimbang pendapatannya.

Bursa Asia Meriah, Kebahagiaan Investor atas Data Inflasi Jepang Jadi Pendorong

Hingga 30 Juni 2021, dia mengatakan, defisit APBN mencapai Rp283,2 triliun atau sebesar 1,72 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Untuk tahun ini, target defisit APBN dalam asumsi makro sebesar Rp1.006,4 triliun. 

Besaran defisit hingga akhir semester I ini naik dari kondisi Juni 2020 sebesar Rp257 triliun atau 1,57 persen PDB.

Bursa Asia Fluktuatif Akibat Pidato Ketua The Fed Terkait Suku Bunga AS

"Sampai Semester I ini realisasi defisitnya 1,72 persen dari PDB," kata Sri saat konferensi pers, Rabu, 21 Juli 2021.

Baca juga: Sri Mulyani Finalisasi Subsidi Upah, Fokus untuk yang Dirumahkan

Bursa Asia Runtuh Tertekan Anjloknya Indeks Acuan AS, Korea Selatan Lolos dari Resesi

Sri menjelaskan, realisasi defisit tersebut dipengaruhi oleh pendapatan negara yang hingga Juni 2021 terealisasi Rp886,9 triliun atau tumbuh 9,1 persen dibanding Juni 2020. Jika dibandingkan target Rp1.743,6 triliun, realisasinya sudah 50,9 persen.

"Ini berarti suatu rebound atau pembalikan yang sangat kuat dan ini tercermin di semua pendapatan," tutur Sri.

Adapun untuk belanja negara, Sri menyebutkan telah terealisasi sebesar Rp1.170,1 triliun. Angka ini tumbuh 9,4 persen dari periode yang sama tahun lalu, sedangkan realisasinya sudah mencapai 42,5 persen dari target tahun ini sebesar Rp2.750 triliun.

"Ini berarti 42,5 persen dari total belanja meningkat sekitar tiga kali dari growth pertumbuhan tahun lalu," ucapnya.

Dengan catatan tersebut, Sri melanjutkan, keseimbangan primer mengalami defisit sebesar Rp116,3 triliun dari target tahun ini Rp633,1 triliun. Defisit keseimbangan primer ini tumbuh pesat dari Juni 2020, sebesar Rp99,6 triliun.

Untuk realisasi pembiayaan anggaran secara keseluruhan telah mencapai sebesar Rp419,2 triliun. Realisasi ini naik 0,7 persen dari periode yang sama pada tahun lalu dan sudah sebesar 41,7 persen dari target tahun ini Rp1.006,4 triliun.

"Dan kita masih memiliki SiLPA Rp135,9 triliun yang ini nanti akan kita lakukan optimalisasi," tutur Sri.

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

KNEKS Prediksi Aset Keuangan Syariah Global Melejit 66 Persen di Tahun Depan, Sudah Sumbang Rp 9.761 Triliun ke PDB

KNEKS memaparkan cerahnya masa depan industri halal Indonesia. Sejumlah aspek usaha dan pembiayaan syariah menunjukkan progres positif.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024