Gini Ratio Indonesia Maret 2021 Turun Jadi 0,384

Kepala BPS Margo Yuwono
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur dengan Gini Ratio atau biasa juga disebut Rasio Gini pada Maret 2021 turun menjadi sebesar 0,384. 

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

Kepala BPS, Margo Yuwono menjelaskan, gini ratio ini menunjukkan ketimpangan pengeluaran antara penduduk Indonesia. Jika angkanya semakin mendekati 1, maka semakin timpang pengeluaran antar penduduk.

"Gini ratio turun pada Maret 2021 dibanding September. Yaitu turun menjadi 0,384 dari 0,385," papar Margo, Kamis 15 Juli 2021.

Urgensi Sensus Pertanian di Era Kebijakan Berbasis Data

Baca juga: Dihantam Pandemi, Ekonomi RI Lebih Baik Dibanding Negara Asia Tenggara

Meski begitu, Kepala BPS juga memberi catatan bahwa gini ratio di perkotaan justru naik dari 0,399 per September 2020 menjadi 0,401 pada Maret 2021. Kondisi sebaliknya terjadi di perdesaan. 

Jurang Ketimpangan Si Kaya dan Miskin Melebar Dipicu Kualitas Penciptaan Lapangan Kerja

"Perdesaan malah ada perbaikan ketimpangan yaitu di maret 2021 menjadi 0,315. Itu lebih rendah dibanding September 2020 sebesar 0,319," paparnya.

Jika dilihat menurut sebaran per Provinsi, sambung Margo, maka terlihat kenaikan gini ratio tertinggi ada di Provinsi Jawa Barat dengan angka 0,412 atau naik 0,014 poin dibanding September yang sebesar 0,398.

"Sedangkan penurunan tertinggi gini ratio terjadi di Kalimantan Selatan, yaitu turun 0,021 poin menjadi 0,330 dari sebelumnya 0,351," paparnya. (dum)

Rumah penduduk miskin (foto ilustrasi)

Ketimpangan Si Kaya dan Si Miskin di Indonesia Turun Tipis Sekali

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan gini ratio sebesar 0,379 pada Maret 2024.

img_title
VIVA.co.id
1 Juli 2024