Krakatau Sarana Infrastruktur Terbentuk, Ini Target Erick Thohir
- vivanews/Andry Daud
VIVA – Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir secara resmi telah membentuk subholding PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI). Perusahaan itu adalah gabungan dari anak perusahaan pelat merah PT Krakatau Steel Tbk.
Sebelumnya KSI lebih dikenal dengan nama PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC). Dengan dibentuk menjadi subholding, KSI kini menjadi induk dari PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).
"Pembentukan subholding Sarana Infrastruktur sebagai bagian transformasi Krakatau Steel untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan kinerja perusahaan," ujar Erick dikutip dari keterangannya, Kamis, 15 Juli 2021.
Sebagai perusahaan dengan bidang usaha utama pengelola kawasan industri, tugas utama KSI adalah menyediakan dan mengelola kawasan industri dengan layanan lengkap dan terintegrasi.
Seperti infrastruktur dan utilitas kawasan yang mencakup pelabuhan, jalan, listrik, air dan gas, maupun fasilitas pendukung lainnya seperti hotel, sarana perumahan dan lainnya. Keterpaduan dan kelengkapan inilah yang ditawarkan KSI melalui 'An Integrated Investment Solution' untuk mendukung pengembangan usaha dan menarik para investor.
“Contohnya seperti potensi pabrik Hot Strip Mill #2 Krakatau Steel yang memiliki kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun dan juga unit bisnis lainnya. Subholding ini juga harus dapat memanfaatkan peluang investasi ke Indonesia yang memerlukan dukungan kawasan industri dengan fasilitas terintegrasi dan berstandar internasional,” tambahnya.
Subholding KSI yang area pengelolaan kawasannya terbesar di Indonesia tersebut, nantinya akan bergerak di layanan kawasan industri terintegrasi dengan empat area utama. Yakni kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan.
Baca juga: Komisi VI DPR Sepakati Tambahan PMN 2021 dan Usulan APBN 2022
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, subholding sarana Infrastruktur memiliki pondasi yang kuat secara finansial. Empat perusahaan itu memiliki total pendapatan Rp3,4 triliun dan nilai EBITDA sebesar Rp1 triliun pada tahun 2020.
Dengan kekuatan keuangan tersebut, diharapkan target pencapaian secara bisnis keseluruhan akan terus berkembang. Seiring juga dengan pertumbuhan kebutuhan kawasan industri di Indonesia.
“Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ini diproyeksikan dapat menghasilkan pendapatan hingga Rp7,8 triliun di lima tahun mendatang, Sementara itu, EBITDA subholding sarana infrastruktur diproyeksikan meningkat mencapai Rp2,2 triliun pada 2025, “ ujarnya.
Sementara itu Direktur Utama PT Krakatau Sarana Infrastruktur Priyo Budianto berharap, dengan sinergi ini pencapaian target yang diproyeksikan dalam kurun waktu lima tahun mendatang bisa tercapai dengan baik. Sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi maksimal untuk pembangunan industri di Indonesia.
“Pembentukan subholding KSI merupakan tantangan dan menjadi semangat baru bagi kami untuk lebih memberikan kontribusi positif bagi pembangunan industri di Indonesia. Saya yakin semua target yang direncanakan dapat tercapai sesuai arahan dan harapan,” singkatnya.