LPEI Targetkan Paling Lama 6 Bulan Kopi Subang Sudah Bisa Diekspor

sorot kopi jawa barat - Kegiatan petani memetik biji kopi di hutan
Sumber :
  • VIVA/Purna Karyanto

VIVA – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank memberikan pembekalan kepada para petani kopi di Subang, Jawa Barat, agar bisa berorientasi ekspor ke depannya. Pelatihan itu adalah bagian dari program desa devisa yang diinisiasi oleh lembaga tersebut.

Peran Relawan Sahabat Yoshua Menangkan Calon Pilkada Diusung Gerindra dan KIM di Daerah SMS

Program yang berbasis pemberdayaan masyarakat ini, akan mendorong kemandirian petani kopi melalui rangkaian pelatihan, pendampingan serta pemanfaatan jasa konsultasi. Sehingga mampu merambah pasar ekspor kopi dunia dengan produk berkualitas.

Para petani kopi yang jumlahnya lebih dari 200 orang dan bernaung di bawah binaan Koperasi Gunung Luhur Berkah di Subang, akan mendapatkan program pelatihan dan pendampingan selama enam bulan ke depan. 

Indikator Politik: Dedi Mulyadi Unggul Telak 71,5 Persen di Pilgub Jawa Barat

Direktur Eksekutif LPEI D James Rompas menyampaikan, program ini meliputi pelatihan mengenai teknik budidaya dan pengolahan kopi, perluasan akses pasar ekspor, penyusunan laporan keuangan, dan peningkatan kapasitas produksi. LPEI akan bekerja sama dengan Koperasi Gunung Luhur Berkah (GLB) dalam proses pendampingan.

Baca juga: 34.725 Perusahaan di Jakarta Ajukan STRP, yang Tak Punya NIB Ditolak

AS Warga Subang Bikin Heboh, Mengaku Nabi dan Sebut Lafaz Allah Seperti Perempuan Mengangkang

"Kami cukup yakin dengan potensi Subang dengan komoditas kopinya dan berharap melalui program pelatihan selama enam bulan ke depan dapat meningkatkan kapasitas petani. Sehingga kualitas biji kopinya juga dapat memenuhi kebutuhan ekspor," ujar James dalam sambutannya di peluncuran program tersebut hari ini, Senin, 12 Juli 2021, dikutip dari keterangannya.

Dia menjabarkan, pendampingan akan diberikan kepada petani di enam desa yaitu Cisalak, Nagrak, Cupunagara, Darmaga, Sukakerti, dan Pasanggrahan dengan produk unggulan kopi Arabika (Java Preanger) dan Robusta. Penerima manfaat langsung dari program pendampingan ini mencapai 208 petani kopi.

Kapasitas produksi keenam desa mencapai lebih dari 100 ton biji kopi setiap tahunnya dengan luas kebun 140 hektare. Potensi ini bisa ditingkatkan dan jadi komoditas ekspor di masa depan.

"Kami juga berharap, kolaborasi yang terjalin antara Koperasi Gunung Luhur Berkah dan Pemerintah Daerah Subang dapat menjadi salah satu solusi awal di tengah kondisi pandemi yang kita hadapi,” tambahnya.

Sementara Ketua Koperasi GLB, Miftahudin Shaf usai penyerahan perjanjian kerja sama itu menyampaikan, masyarakat telah bertani kopi dalam jangka waktu yang panjang dan tidak pernah terbayang bahwa produknya dapat diekspor.

"Kami tentu berharap dengan program Desa Devisa, kopi kita dapat diekspor, terkenal hingga mancanegara dan petani dapat merasakan manfaat ekonomi dan sosial secara langsung,” tegasnya.

Pada forum pertemuan virtual yang sama, Bupati Subang Ruhimat mengapresiasi program yang diinisiasi oleh LPEI. Sebab, dapat mendorong penerimaan daerah jika ekspor itu sudah bisa dilakukan.

"Kami berharap melalui Desa Devisa menjadi program yang berkelanjutan, kopi Subang dapat mendunia dan menjadi jalan untuk terciptanya Subang Jawara yaitu jaya, istimewa dan sejahtera,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya