Rupiah Loyo Akibat Status Lower Middle Income dari World Bank

Nilai Tukar Rupiah Dollar
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih berfluktuatif, Namun berpotensi ditutup melemah pada perdagangan hari ini.

Rupiah Terpuruk Lagi ke Level Rp 16.234 per Dolar AS

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp14.548 per Kamis 8 Juli 2021. Posisi rupiah itu tercatat melemah 48 poin dari kurs sebelumnya, yang berada di level Rp14.500 pada perdagangan Rabu 7 Juli 2021.

Sementara itu, perdagangan di pasar spot pada Jumat 9 Juli 2021 hingga pukul 10.47 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp14.548 per dolar AS. Posisi itu melemah 23 poin atau 0,16 persen, dari level penutupan perdagangan sebelumnya di posisi Rp14.525 per dolar AS.

Rupiah Dibuka Melemah Meski Keyakinan Konsumen Naik di November 2024

Analis PT Garuda Berjangka, Ibrahim menjelaskan, Indonesia baru saja dicap sebagai negara berpendapatan menengah bawah (lower middle income) oleh Bank Dunia, karena belum tertanganinya lonjakan pandemi COVID-19 sampai saat ini.

Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto Indonesia saat ini tercatat sebesar US$3.979 per kapita.

Rupiah Melemah ke Rp 15.968 per Dolar AS Tertekan Data Pekerjaan AS

"Artinya Indonesia turun satu kasta setelah 2019 lalu Indonesia berperingkat sebagai negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income)," kata Ibrahim dalam riset hariannya, Jumat 9 Juli 2021.

Baca juga: Kemenko Marves Buka Lowongan CPNS 2021, Batas Usia 35 Tahun

Meski demikian, pemerintah optimistis Indonesia bisa kembali menjadi negara berpendapatan kelas menengah ke atas, apabila pandemi COVID-19 sudah berakhir.

"Ini perlu kerja sama antarlembaga, baik pemerintah maupun masyarakat, guna menghentikan lonjakan COVID-19 dibarengi dengan vaksinasi massal," ujarnya.

Secara bersamaan, BI telah melaporkan cadangan devisa (cadev) per akhir Juni 2021 sebesar US$137,1 miliar atau naik US$700 juta dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi itu setara pembiayaan 9,2 bulan impor atau 8,8 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

BI menilai, cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

"Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.510 - Rp14.600," ujarnya. (dum)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya