10 Ribu Pembudidaya Perikanan Dibidik Masuk Ekosistem eFishery 2021
- Dokumentasi efishery.
VIVA – Perusahaan rintisan bidang teknologi akuakultur atau perikanan, eFishery, terus mengembangkan sayapnya guna menjadi unicorn baru di Indonesia.
Inovasi teknologi digital bidang perikanan yang dibangun startup itu sejak 2013, menjadi suatu ekosistem, telah mengembangkan bisnis lebih dari 6.000 kelompok pembudidaya di lebih dari 250 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
Bahkan, berdasarkan data eFishery Impact Report 2021, ekosistem digital sektor akuakultur itu, telah mendukung kinerja positif produksi ikan dan udang lebih dari 4.600 hektare kolam se Indonesia. Luasan tersebut setara dengan 6.442 luas lapangan sepak bola standar nasional.
Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder eFishery, Gibran Huzaifah menjabarkan, pendapatan pembudidaya yang ada dalam ekosistem tersebut pun terdongkrak saat ini hingga 45 persen. Hal itu, karena teknologi eFisheryFeeder yang mampu mempercepat siklus panen hingga 74 hari.
"Lalu meningkatkan efisiensi pakan hingga 30 persen, dan meningkatkan kapasitas produksi hingga 26 persen," ujar Gibran dalam diskusi virtual, Kamis, 8 Juli 2021.
Gibran mengungkapkan, untuk menciptakan ekosistem akuakultur yang berkelanjutan dibutuhkan usaha bersama. Karena itu, diharapkan dengan Impact Report yang dirilis eFishery, masyarakat Indonesia dapat melihat berbagai perkembangan yang perusahaannya berikan di sektor perikanan budidaya.
Baca juga: Cara Cek Penerima dan Syarat Dapat BLT UMKM saat PPKM Darurat
"Laporan ini menunjukkan sejumlah dampak positif yang telah kami ciptakan dan berbagai usaha kami dalam membangun ekosistem akuakultur yang adil dan berkelanjutan," kata Gibran.
Dikembagkan sejak 2013, dia menjabarkan, inovasi eFisheryFeeder dengan menggunakan teknologi berbasis Internet of Things (IoT) merupakan alat yang dapat memberikan pakan ikan dan udang secara otomatis. Data-data yang terekam dari teknologi eFisheryFeeder kemudian menciptakan ruang bagi eFishery untuk menghasilkan inovasi lainnya.
Salah satunya, berupa credit scoring dan skema pembiayaan yang kemudian dikenal dengan nama eFisheryFund. Layanan itu menghubungkan para pembudidaya secara langsung dengan institusi keuangan. Hingga Mei 2021, eFisheryFund telah menyalurkan lebih dari Rp 70 miliar pembiayaan kepada lebih dari 1.700 pembudidaya ikan di Indonesia.
"Hal ini membuktikan, kalau kita bisa buka akses ke teknologi, ternyata bisa buka akses ke layanan lainnya dan akhirnya bisa meningkatkan produksi nasional," tegasnya.
Tidak berhenti sampai di situ, di sektor hilir eFishery pun turut menghubungkan pembudidaya dengan berbagai agen, distributor, dan mitra horeka (hotel, restoran, kafe). Nilainya hingga saat ini tercatat sekitar US$26,85 juta atau setara Rp 390,43 miliar bagi perekonomian Indonesia melalui pendapatan yang diperoleh pembudidaya dan mitra lainnya.
Tahun ini dia mengatakan eFishery mentargetkan lebih dari 59 ribu pembudidaya masuk dalam ekosistem akuakultur yang dibentuk. Sementara itu, penyaluran eFisheryFund dapat dirasakan untuk lebih dari 10.000 pembudidaya ikan dan udang.
"Strategi kita akan memperbanyak eFisheryPoint. Sedangkan pembiayaan eFisheryFund sudah tersedia, tinggal kinerja pembudidayanya saja harus ditingkatkan, karena terkait kredit skoring," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Perikanan Universitas Padjadjaran, Yudi Nurul Ihsan berpendapat, arah kebijakan digitalisasi sektor perikanan perlu diperkuat ke depannya. Dengan pendampingan kepada petani budidaya ikan dan pelaku usaha.
Sebab, teknolog bisa bikin kinerja pembudidayaan semakin efisien. Selain itu, Pemerintah juga harus menyokong penuh rencana digitalisasi di sektor perikanan sebab potensi di sektor tersebut sangatlah vital.
Â
"Solusi digitalisasi perikanan menjadi penting saat ini karena sebenarnya kita dapat memanfaatkan instrumen teknologi 4.0 dan penguatan multiplatform stakeholder," tambahnya.