Punya Utang Jumbo, PLN Ternyata BUMN dengan Aset Terbesar

Pekerja memasang jaringan kabel ke tower milik PT PLN Persero yang akan dialiri listrik dari PLTU IPP 3 Kendari, di Desa Pousu Jaya, Konda, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jojon

VIVA – Perusahaan pelat merah bidang kelistrikan, PLN, menjadi sorotan publik beberapa waktu ini karena disebut Menteri BUMN Erick Thohir, memiliki utang hingga Rp500 Triliun. Kementerian BUMN dan PLN pun berkomitmen untuk melakukan penyehatan perusahaan.

Wamildan Tsani Ungkap Arahan Khusus Prabowo soal Pengembangan Garuda Indonesia

Namun terlepas dari hal tersebut, PLN juga menjadi BUMN yang memiliki aset segunung. Jumlahnya terbesar diantara perusahaan BUMN lainnya, seperti Pertamina dan bank-bank pelat merah.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, tanda-tanda penyehatan PLN pun sudah nampak saat ini. Hal itu terlihat dari keuntungan PLN tercatat dalam laporan keuangan. 

Reputasi Whitelist Harus Dijaga, PT BKI Ajak Terus Tingkatkan Kualitas Kapal Berbendera Indonesia

“PLN ini laporan keuangannya kan diaudit BPK dan juga diperhatikan oleh investor internasional jadi tidak boleh main-main,” ujarnya dikutip dari keterangannya di Jakarta, Jumat, 11 Juni 2021.

Baca juga: Intip Strategi Bappenas Sejahterakan Petani dan Nelayan

Perkuat Branding hingga Program Disabilitas, PNM Raih Apresiasi

Dia menjabarkan, dalam laporan keuangan yang sudah diaudit, PLN membukukan keuntungan Rp6 triliun sepanjang 2020. Keuntungan PLN antara lain didapat karena operasional yang lebih efisien. PLN juga bisa menekan biaya operasi Rp32 triliun sepanjang 2020.

Fabby pun sependapat bahwa memang benar utang PLN bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Tapi, di sisi lain, aset PLN juga melonjak drastis jauh di atas penambahan beban keuangan. 

“Modalnya tidak negatif seperti garuda. PLN juga mampu membayar kewajiban utang jangka pendek, tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan utang yang lebih baik, dibandingkan dengan Garuda,” tambahnya.

Lebih lanjut menurutnya,jumlah ekuitas PLN mencapai Rp 940 triliun pada 2020. dengan liabilitas jangka panjang Rp499 triliun dan liabilitas jangka pendek Rp 150 triliun.

Dalam laporan keuangan PLN 2020 juga menunjukkan, aset BUMN setrum itu mencapai Rp1.589 triliun. Angka tersebut meningkat Rp 275 triliun dibanding tahun 2015 yang sebesar Rp 1.314 triliun. Hingga kini, tidak ada BUMN Indonesia punya aset sebesar PLN.

Selain itu, nilai pertambahan aset PLN 2015-2020 lebih besar dari total aset Telkom misalnya. Pada 2020, aset Telkom dilaporkan Rp 246 triliun.

Sementara itu, BRI dan Bank Mandiri hingga saat ini tercatat memiliki aset masing-masing Rp1.387 triliun dan Rp1.001 triliun. Sementara Pertamina Rp984 triliun. Kemudian, aset BNI dan BTN masing-masing bernilai Rp709 triliun dan Rp297 triliun.

Fabby pun menegaskan, aset PLN tidak hanya besar. Sepanjang 2015-2020, PLN membayar pajak dan dividen sebesar Rp186 triliun. Padahal, PLN hanya menerima penyertaan modal negara (PMN) total Rp40 triliun dalam periode itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya