Insentif Turun Setelah Ada GoTo, Ojol Merasa Dikorbankan Demi Investor

Driver ojol menjadi salah satu korban dampak COVID-19
Sumber :
  • vstory

VIVA – Hadirnya GoTo, merger Gojek dan Tokopedia, menuai polemik saat ini. Sebab, adanya GoTO disebut membuat insentif para mitra Ojek Online (Ojol) Gojek diubah dan berbuntut menurunnya pendapatan.

Pakai Yamaha XMAX Baru Ojol Ini Jadi Sorotan, Netizen: Susah Dapat Tips

Ketentuan insentif baru Gojek itu pun viral di sosial media dan membuat para Ojol kecewa. Bahkan, disebut-sebut mereka melakukan mogok massal sebagai bentuk kekecewaannya.

Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia Igun Wicaksono mengungkapkan, menurunnya insentif buat Ojol saat ini diduga untuk mengakomodir kepentingan investor. GoTo yang baru berdiri diketahui memiliki sederet investor yang menyokongnya. 

Ojol Cerita Kerasnya Cari Nafkah, Antar Makanan di Tengah Hujan Deras dan Petir Meskipun Ongkosnya Cuma Rp7.200

"Maka mereka (GoTo) harus berikan profit besar kepada investor-investor. Sehingga akhirnya dikorbankanlah nilai skema insentif bonus kepada para mitra," ujar Igun ketika berbincang dengan VIVA, dikutip Rabu, 9 Juni 2021.

Menurut Igun, keputusan sepihak perubahan skema insentif ini membuat kerja sama antar Ojol dan Gojek tidak sehat. Sebab, hubungan kerja antara keduanya adalah berbasis kemitraan.

Analis Prediksi IHSG Lanjut Menguat, Saham GOTO hingga INKP Dijagokan Bisa Cuan

Baca juga: Bentrok Antara Ormas Pecah di Bekasi, Dua Orang Luka-luka

"Ini sangat tidak sehat bagi ekosistem digital berbasis kemitraan. Karena disebut kemitraan, namun mitra tidak punya hak untuk menuntut atas hasil kesepakatan agar menguntungkan kedua belah pihak atau win to win solution," tegasnya.

Igun mengungkapkan, penjelasan penurunan insentif ini pun tidak disampaikan dengan transparan oleh GoTo. Hal itu juga salah satu alasan para mitra Ojol bereaksi keras.

"GoTo hanya menjelaskan bahwa skema insentif bonus adalah untuk kesejahteraan mitra, namun faktanya terjadi penurunan nilai skema insentif bonus. Bagi kami pihak GoTo hanya mengakomodir kepentingan investor-investornya," tegasnya.

Terkait kabar adanya mogok massal para Ojol dia menyampaikan, hal itu tidak terjadi. Garda pun telah melakukan pengecekan di lapangan dan berkoordinasi di seluruh Indonesia terkait kabar tersebut.

"Saya cek rekan-rekan di lapangan tidak ada aksi mogok. Hanya sebaran-sebaran saja di medsos karena pihak penyebar rilis atau berita juga tidak memberikan informasi kepada Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia maupun berdiskusi kepada pihak kami dari Garda," ungkapnya.

"Kegiatan ojol masih berjalan normal,"tambahnya.

Catatan VIVA, Grup GoTo memiliki daftar investor blue-chip termasuk (sesuai abjad) Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, dan Northstar. Kemudian ada pula Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus.

Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan Gojek. Davis Polk & Wardwell LLP dan Assegaf Hamzah & Partners bertindak sebagai penasihat hukum Gojek. Citi bertindak sebagai penasihat keuangan Tokopedia. Allen & Overy LLP bertindak sebagai penasihat hukum Tokopedia.

Grup GoTo juga akan terus mengembangkan bisnisnya di pasar non Indonesia yang tumbuh pesat di mana Gojek beroperasi. Adapun negara-negara yang bakal jadi tempat operasi diantaranya Vietnam, Singapura dan Thailand.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya