Garuda Indonesia Berpotensi Jadi Perusahaan Zombie?
- Garuda Indonesia
VIVA – Kinerja keuangan Garuda Indonesia sebagai sebuah perusahaan maskapai penerbangan, terbilang sangat babak belur jika dilihat dari segi besarnya jumlah utang yang mereka miliki.
Bahkan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, sempat mengungkapkan soal adanya fenomena 'debt overhang', yang bisa menyebabkan sebuah perusahaan menjadi zombie akibat penambahan jumlah utang yang justru menjadi kontra produktif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Penerbangan, Gerry Soejatman, tak menyangkal jika bisa saja Garuda Indonesia benar-benar menjadi perusahaan zombie akibat beban utang yang menggunung tersebut.
"Memang. Beban utang Garuda saja sekarang sudah lebih besar daripada investasi yang dibutuhkan untuk membuat maskapai baru, yang kemudian diekspansir jadi seukuran Garuda," kata Gerry saat dihubungi VIVA, Kamis 3 Juni 2021.
Jika dilihat dari kacamata bisnis penerbangan, demand recovery Garuda Indonesia pasca COVID-19 pun diakui Gerry memang benar-benar sulit untuk pulih 100 persen dalam waktu dekat.Â
"Estimasi demand recovery masih lama. Pandemi ini selesai pun, belum tentu demand akan pulih 100 persen. Estimasi demand baru pulih 2024 ke atas. International demand juga belum tentu cepat pulih," ujarnya.
Mengenai apakah langkah restrukturisasi dapat membantu Garuda memulihkan kondisi keuangan dan menghindari jurang kebangkrutan, Gerry memastikan bahwa langkah restrukturisasi saja tidak cukup untuk menyelamatkan Garuda Indonesia saat ini.
Sebab, menurutnya pembenahan di internal Garuda Indonesia harus dilakukan secara menyeluruh, bahkan hingga meliputi berbagai aspek lain di luar masalah keuangan semata.Â
Jika tidak demikian, maka upaya restrukturisasi keuangan pun dinilai hanya akan bertahan sebentar sampai kondisi Garuda Indonesia kembali memburuk.
"Garuda butuh lebih dari hanya sekedar restrukturisasi keuangan. Kalau hanya dibenahi keuangannya saja, ya akan balik terpuruk lagi cepat atau lambat," ujarnya.
Diketahui, Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan bahwa tidak semua sektor akan bisa bangkit atau pulih 100 persen dari dampak Pandemi COVID-19.Â
Sektor-sektor tersebut misalnya seperti sektor transportasi dan perhotelan. Dia menekankan, kedua sektor itu akan sulit untuk cepat pulih, selama pembatasan pergerakan orang masih diterapkan di sejumlah negara atau tempat lainnya.
"Berat, jangan diharapkan pulih cepat kalau mobility belum dibuka dan ini ada isitilahnya yang dipakai di dunia ini, ada calon-calon zombie, ini tantangan ke depan," ujar Wimboh.