Bahlil: Ada Investor Mau Bangun Smelter di Papua, Dimulai 2022
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA – Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Papua akan segera memiliki pabrik peleburan atau smelter. Proyek pembangunan smelter ini akan berjalan pada 2022.
Smelter ini, kata dia, akan mampu mengolah tembaga dari bumi Papua, sehingga mampu menciptakan nilai tambah. Pabrik ini akan mengolah hasil tambang seperti dari PT Freeport Indonesia.
"Kami targetkan di akhir bulan kami bisa running atau paling lambat 2022 awal jalan," kata dia saat halal bihalal virtual, Jumat, 28 Mei 2021.
Baca juga: Maskapai Garuda Dalam Bahaya, Karyawan Minta Tolong Presiden Jokowi
Bahlil mengklaim telah mendapatkan investor untuk menggarap proyek tersebut. Pada Juni 2021, investor yang masih belum diungkapkan namanya tersebut dipastikannya akan mulai meninjau lokasi.
"Alhamdulillah saya pas cari investasi, investor sudah ada dan Juni bisa tinjau lapangan," tegas Bahlil.
Untuk segera merealisasikan proyek tersebut, Bahlil mengatakan, telah menjalin komunikasi yang intens juga dengan Holding BUMN Tambang, yakni MIND ID. Selain itu juga dengan Kementerian ESDM.
"Prinsipnya, saya sebagai anak yang berproses di Papua ingin Papua jadi bagian intergral dari Indonesia yang bisa menciptakan ekonomi baru," tuturnya.
Bahlil menceritakan, pembangunan smelter ini pada dasarnya sudah menjadi cita-cita lama rakyat Papua. Dia menyatakan mimpi ini terus dipupuk rakyat Papua sejak dia masih SMP hingga menjadi menteri.
"Kita juga punya mimpi yang sama bahwa smelter ini harus ada. Dari saya SMP sampai jadi Kepala BKPM mimpi orang Papua sama ada smelter di Papua," ucap dia.
Sebelumnya, BKPM telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan China, ENFI Engineering Corporation, tentang pembangunan proyek peleburan (smelter) tembaga di Papua Barat.
Menurut Bahlil, Bahlil menyambut baik dan mengapresiasi China ENFI atas minat investasinya di industri smelter tembaga yang rencananya akan dibangun di Fakfak, Papua Barat.
Bahlil berharap penandatanganan nota kesepahaman ini segera ditindaklanjuti untuk menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan. Dia meminta supaya proses investasi cepat dilakukan.
“Setelah nota kesepahaman ini ditandatangani, saya minta kita tidak lama-lama proses implementasi,” ujar Bahlil seperti dikutip dari siaran persnya, beberapa waktu lalu.
PT Freeport Indonesia dipastikannya akan memasok bahan baku bagi China ENFI minimal 800.000 ton per tahun. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta hubungan industrial di Indonesia untuk menciptakan nilai tambah.
"Nanti urusan perizinan dan insentif fiskal, BKPM yang akan bantu, selama proposal dari China ENFI adalah yang terbaik dan menguntungkan Freeport, China ENFI, dan Indonesia," papar Bahlil. (dum)