Walkot Semarang Minta Warga Tanam Talas, Potensi Ekspor Daunnya Besar

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
Sumber :
  • Teguh Joko Sutrisno/ tvOne.

VIVA – Daun talas di Indonesia mungkin kalah pamor dibanding daun singkong, daun pepaya, atau sayur lainnya. Namun, daun yang biasa dimasak jadi buntil tersebut, rupanya diminati konsumen luar negeri. Khususnya di Amerika dan Australia. Kok bisa?

Australia Tarik 3 Produk Indomie dari Peredaran, Ini Alasannya

Hal tersebut merupakan potensi bisnis tersendiri yang bisa dimaksimalkan. Di Semarang misalnya sudah ada perusahaan yang mulai mengekspor daun talas tersebut.

"Jadi, daun talas kering yang sudah dirajang itu untuk bahan baku minuman herbal. Kemarin salah satu perusahaan yang ada di Kota Semarang sudah mulai ekspor 3,6 ton daun talas ke Australia," ujar Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi saat melihat budidaya urban farming di Semarang, dikutip Jumat, 28 Mei 2021.

Bea Cukai Kementerian Keuangan Resmikan Pemberlakuan 10 Alat Pemindai Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

Menurut pengusaha setempat, Hendrar mengatakan, potensi pasar ekspor daun talas dari Indonesia masih sangat besar. Hal itu akan dimaksimalkan.

Baca juga: BI: Meeting hingga Konvensi di Bali Tahan Laju Kontraksi Ekonomi

Gara-gara Top Gun, Tom Cruise Diganjar Penghargaan Tertinggi Militer Amerika

"Tapi informasi yang saya dapat kebutuhan pasokan daun talas kering untuk di Australia dan Amerika bisa mencapai 10 kontainer per minggunya, sehingga potensinya masih besar untuk dikembangkan," ungkapnya.

Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi tersebut kini melirik budidaya daun talas untuk menjadi salah satu komoditi ekspor. Ia meminta Dinas Pertanian Kota Semarang untuk giat melakukan sosialisasi kepada para petani terkait potensi ekonomi dari tanaman talas. 

Dengan begitu diharapkan para petani dapat bergerak bersama mendukung ketersediaan daun talas dari Kota Semarang untuk diekspor.

"Di Kota Semarang sendiri masih ada 2.300 lahan pertanian produktif, yang kemudian saya minta Dinas Pertanian Kota Semarang untuk giat melakukan sosialisasi terkait potensi tanaman talas ini, khususnya daun untuk ekspor. Sehingga harapannya sedulur-sedulur yang masih memiliki lahan pertanian dapat ikut membudidayakan talas, karena nilai ekonomisnya tinggi,” tekan Hendi.

Dengan perkiraan nilai ekspor per kilogram sekitar US$3 dollar, lanjutnya, diharapkan daun talas dapat menjadi salah satu komoditi yang dapat berkontribusi mendongkrak perekonomian Kota Semarang. 

Apalagi pasar ekspor daun talas yang sudah dikeringkan tersebut masih terbuka lebar, salah satunya ke Australia dan Amerika, sehingga potensinya masih sangat besar untuk dikembangkan. Untuk itu Hendi mengharapkan lahan di Kota Semarang yang belum produktif bisa dimanfaatkan untuk ditanami talas.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur menambahkan, tanaman talas tidak membutuhkan perawatan yang rumit, dan bisa dipanen berkali-kali. Sehingga sebagian lahan yang saat ini belum produktif bisa dimanfaatkan budidaya tanaman talas.

"Saya sudah bicara dengan eksportir untuk mulai mengenalkan tanaman ini kepada para petani. Semoga dengan adanya kebutuhan pasar yang masih cukup besar, petani di Kota Semarang semangat untuk ikut berkontribusi mengambil peluang ini," jelas Hernowo.

Laporan Teguh Joko Sutrisno

Ilustrasi mie instant

Peredaran 2 Varian Rasa Indomie Ini Ditarik dari Pasar Australia

Indomie, merek mie instan populer asal Indonesia, ditarik dari peredaran di Australia. Hal tersebut karena telah ditemukan potensi bahaya kesehatan.

img_title
VIVA.co.id
19 Desember 2024