NPI Kuartal I 2021 Surplus, Transaksi Berjalan RI Kembali Defisit

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • VivaNews/ Nur Farida

VIVA – Bank Indonesia mengumumkan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2021 mencatat surplus US$ 4,1 miliar, setelah mengalami defisit sebesar US$200 juta pada kuartal sebelumnya.  

Harga Bitcoin Tembus Rp1,5 Miliar Lagi, Kapan Waktu Terbaik Buat Beli Kripto?

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, surplus tersebut berasal dari surplus transaksi modal dan finansial. Keduanya mampu melampaui defisit transaksi berjalan yang terbilang rendah.

"Transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2021 mencatat surplus, terutama ditopang oleh investasi portofolio," tutur Erwin dikutip dari keterangannya, Jumat, 21 Mei 2021.

Hadiri Pertemuan dengan Menko Airlangga, Sekjen OECD: Keanggotaan Indonesia pada OECD Mendukung Visi Indonesia Emas 2045

Pada kuartal I 2021, transaksi modal dan finansial surplus sebesar US$5,6 miliar atau setara 2 persen dari PDB. Pada kuartal sebelumnya mencatat defisit sebesar US$1,0 miliar atau setara 0,4 persen dari PDB.

Baca juga: Ada Isu Tax Amnesty Jilid II, Rupiah Punya Peluang Untuk Menguat

Manfaatkan Investasi Hasil Kunjungan Kerja ke Berbagai Negara, Pemerintah Kejar Pembangunan KEK dan PSN

"Aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio makin meningkat seiring persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik," ujarnya.

Investasi portofolio mencatat net inflows sebesar US$4,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$2,0 miliar. Investasi langsung surplus US$4,1 miliar dolar AS.

Adapun untuk transaksi berjalan tercatat defisit US$ 1,0 miliar atau setara dengan 0,4 persen dari PDB. Padahal pada kuartal sebelumnya mencatat surplus sebesar US$900 juta setara dengan 0,3 persen dari PDB.

"Perkembangan ini didukung oleh capaian surplus neraca barang akibat perbaikan kinerja ekspor seiring peningkatan permintaan dari negara mitra dagang dan kenaikan harga komoditas dunia," ucap dia.

Erwin menekankan, defisit neraca jasa meningkat menjadi US$3,4 miliar. Antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight seiring kenaikan impor barang.

Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer tercatat sebesar US$6,9 miliar sejalan dengan penurunan pembayaran kupon dan dividen investasi portofolio. Sedangkan neraca pendapatan sekunder surplus US$1,4 miliar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya