BI Bakal Gunakan Teknologi Blockchain dalam Distribusi Uang Digital
- vivanews/Andry Daud
VIVA – Bank Indonesia (BI) menyatakan akan menggunakan teknologi blockchain dalam mendistribusikan uang digital ke depannya. Teknologi blockchain dianggap memiliki keunggulan dalam menyelesaikan masalah kepercayaan pengelolaan distribusi uang.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, teknologi yang saat ini tengah berkembang dan digunakan oleh cryptocurrency atau aset kripto tersebut, memiliki keunggulan sendiri dalam mengelola kepercayaan orang dalam distribusi uang secara digital.
Menurut dia, selama ini kepercayaan pengelolaan uang berada pada sistem perbankan. Sebab, orang membutuhkan pihak ketiga yang bisa dipercaya untuk mengelola dan mendistribusikan uangnya. Hal itu agar ada nilai tambah dari aktivitas ekonomi yang dibiayai.
"Nah, blockchain sebagai Distributed Ledger Technology (DLT), trust itu diselesaikan oleh platform karena harus membutuhkan verifikasi dari semua orang yang terlibat di sana, jadi saya tidak bisa mangkir," kata dia dalam diskusi virtual, Sabtu, 8 Mei 2021.
Selain itu, Erwin melanjutkan, dengan maraknya teknologi digital dan semakin terdigitalisasinya aktifitas ekonomi, dibutuhkan juga sebuah platform baru untuk mengefisiensikan distribusi uang yang kini telah dijawab caranya oleh blockchain.
"Jadi teknologinya itunya sendiri teknologi yang luar biasa, dia breakthrough karena kehadiran orang ketiga itu kan ada biayanya. Cryptocurrency-nya sendiri saya masih meragukan sebagai alat investasi tapi teknologi di belakang itu, yaitu blockchain itu yang luar biasa," ujarnya.
Oleh sebab itu, Erwin mengungkapkan bahwa bank sentral di seluruh dunia, termasuk BI tengah aktif mengembangkan penggunaan blockchain. Hal ini, menurutnya, akan mempelopori sebuah wacana pembentukan central bank digital currency.
"Dengan kemungkinan penggunaan blockchain sebagai platformnya. Jadi karena nanti kita punya pandangan visi bahwa ke depan economic activities akan dilakukan dalam platform digital dan digital economy itu simply need digital money," kata Erwin.
Saat ini, Erwin mengungkapkan, pembentukan central bank digital currenty masih dalam tahap penelitian lebih lanjut dalam menggunakan teknologi blockchain. Sebab, menurutnya, teknologi blockchain sekarang masih belum terlalu efisien.
"Masih sangat tidak efisien dan ada beberapa modifikasi. Kami tidak anti dengan teknologinya bahkan kami sedang siap-siap gunakan platform teknologi itu untuk distribusi uang tapi yang dikeluarkan bank sentral jadi secara legal dia duduk," ujarnya.