Indonesia Bakal Tiru Cara China Pulihkan Ekonomi Lebih Cepat

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Manoarfa
Sumber :
  • VIVAnews/Fikri Halim

VIVA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyatakan, Indonesia harus bisa meniru China dalam mempercepat pemulihan ekonominya dari dampak Pandemi COVID-19.

Dilema Produsen Mobil Listrik China: Laris tapi Merugi

Cara utama negara kekuatan ekonomi kedua dunia ini dikatakannya menitikberatkan pada pengendalian penyebaran atau kasus positif virus corona. China memiliki kontribusi ekonomi sebesar 16,3 persen terhadap perekonomian global.

"Pada kuartal I 2021 mereka tumbuh 18,3 persen, dan di tengah pandemi COVID-19 ekonomi China sudah tumbuh positif sejak kuartal II 2020 ini akibat kesuksesan mereka kendalikan virus," tuturnya.

Ekonom Ungkap Kaitan Danantara dan Target Pertumbuhaan Ekonomi 8% Prabowo

Suharso menekankan, sejak setahun yang lalu, China telah mampu mempertahankan kurva penyebaran COVID-19 di posisi yang mendatar atau flat. Artinya penyebaran virus asal Wuhan tersebut telah mampu dikendalikan.

"Flat sedemikian rupa dan itu berlaku selama setahun, meski beberapa lembaga internasional meragukan data ini karena China kurang terbuka. Tapi setidaknya itu sudah disampaikan," kata Ketua Umum PPP ini.

China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda

Melandainya kasus aktif COVID-19 ini ditegaskannya telah menyebabkan output industri manufakturnya tumbuh hingga 24,4 persen, dan sektor jasa pulih ke posisi pertumbuhan 15,6 persen dengan industri primer tumbuh 8,1 persen.

Di sisi lain, dia melanjutkan, aliran modal asing yang masuk ke negara tersebut bahkan terus tumbuh hingga 47,8 persen, dengan jumlah penambahan investor baru sebanyak 10.263 perusahaan yang termasuk di dalamnya dari Indonesia.

"Yang menarik, dari 10.263 (perusahaan) ini, 60 persen dari negara-negara di ASEAN, bahkan diduga termasuk Indonesia. Kita tahu memang ada perusahaan-perusahaan Indonesia yang membangun unit chemical complex di China dan meningkatkan kapasitasnya," tutur dia.

China ditegaskannya juga aktif memanfaatkan perjanjian perdagangan termasuk perjanjian investasi bilateral, perjanjian perdagangan bebas, perjanjian perpajakan ganda, dan juga melakukan reformasi, dan peningkatan keterbukaan pasar dengan mengurangi daftar negatif.

"Yang perlu kita ikuti juga strategi sirkulasi ganda yang menekankan sirkulasi internal atau domestik, dan sirkulasi internasional sebagai dua sumber kekuatan ekonomi yang berjalan secara paralel," kata Suharso.

Di sisi lain, stimulus ekonomi juga terus digencarkan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif. Tergambar dari defisit anggarannya hingga 11,4 persen terhadap PDB 2020 dan bank sentralnya menyuntikan US$173 miliar ke pasar keuangan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya