Pakai Sistem Anti Wabah Ini Omzet Petambak Udang Bisa Naik 111,27%

CEO eFishery Gibran Huzaifah ((Kanan), Petambak Udang Bobby (Kiri).
Sumber :
  • R. Jihad Akbar/VIVA.

VIVA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan volume ekspor udang naik hingga 250 persen pada 2024. Karena itu, generasi milenial terus didorong masuk ke bisnis budidaya udang untuk meningkatkan produksi secara nasional. 

RI Ekspor Bahan Baku Baterai EV ke Pabrik Tesla Bulan Ini, Bahlil Dorong Selanjutnya Katoda

Namun, serangan wabah penyakit termasuk Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) dan Early Mortality Syndrome (EMS) menjadi tantangan tersendiri untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Hal tersebut lah yang menjadi dasar pstartu eFishery menyediakan layanan terbarunya yaitu Disease Prevention System (DPS).

Layanan ini yang memberikan protokol pencegahan wabah penyakit pada tambak udang dan memberikan solusi pengaturan kualitas air yang efektif dan ramah lingkungan dengan berbasis teknologi.

Dari Kota Pariaman, 140 Ton Komoditas Pinang Diekspor ke India

Baca juga: Ramadhan 2021, RI Impor Kurma hingga Rp249,66 Miliar dari 3 Negara

"Untuk mencapai target tersebut, kapasitas produksi perlu ditingkatkan, salah satunya dengan mengatasi salah satu hambatan terbesar dalam budidaya udang, yaitu wabah penyakit,” ujar Chief Executive Officer dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah dalam telekonferensi, Kamis 15 april 2021.

Punya Masa Depan Cerah, LPEI Genjot Ekspor Bubuk Kelor supaya Makin Moncer 

Gibran menambahkan, sebagai bagian dari layanan DPS, teknisi eFishery akan melakukan pengecekan atau assessment tahap awal dengan output berupa biosecurity scoring untuk menentukan tingkat kerentanan tambak terhadap serangan penyakit. 

Kemudian, tim eFishery juga akan melakukan pengecekan dan analisis kualitas air tambak secara rutin serta memberikan laporan dan rekomendasi penanganan air. Selain itu, teknisi juga akan memberikan rekomendasi pemberian dosis disinfektan serta protokol dan konsultasi secara gratis apabila tambak terserang wabah. 

"Sehingga para petambak dapat berbudidaya dengan aman tanpa khawatir tambaknya terserang penyakit," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Petambak Udang dari Kelompok Tani Blue Vaname, Bobby mengungkapkan pengalamannya setelah memakai Layanan DPS tersebut. Menurutnya, sistem ini merupakan investasi yang menguntungkan bagi para petambak.

"Jika tambak terserang wabah hingga mengakibatkan gagal panen, kerugian yang harus kita tanggung dapat mencapai 25 persen dari total modal awal," tambahnya.

Lebih lanjut menurutnya, selain terhindar dari wabah penyakit, keuntungan lain dari produk DPS tersebut juga dirasakan. Di antaranya peningkatan rata-rata omzet atau pendapatan hingga 111,27 persen per meter persegi.

Kemudian ada pula penurunan rata-rata FCR sebesar 0,23 persen. Serta, peningkatan rata-rata produktivitas sebesar 0,12 kg/m2.

"Jadi penggunaan DPS ini merupakan investasi yang baik, karena dengan harga yang cukup terjangkau tambak kita terhindar dari serangan wabah penyakit sehingga kita merasa tenang dalam berbudidaya udang,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya