Mendag Beri Sinyal Tambah Pasokan Beras, Gula dan Daging

Mendag M Lutfi.
Sumber :
  • Repro video.

VIVA – Menteri Perdagangan (Mendag) M. Lutfi, memberi sinyal untuk menambah pasokan beberapa komoditas, seperti beras, gula dan daging. Karena kemungkinan ada faktor-faktor yang membuat cadangan stok menyusut.

RI-Kanada Teken MoU Garap Mineral Kritis dan Sanitasi, Mendag Ajak Pengusaha RI Ekspansi ke Amerika Utara

Faktor-faktor penyebabnya seperti iklim ekstrim, kenaikan harga internasional, dan persediaan sebelum musim giling. Kondisi ini diperkirakannya akan memengaruhi stoknya, apalagi Indonesia tengah memasuki puasa Ramadhan.

"Beberapa komoditas seperti beras, gula, dan daging sapi perlu adanya penambahan pasokan untuk mengantisipasi cadangan stok," kata dia dikutip dari keterangan resmi, Selasa, 13 April 2021.

Hilirisasi Dorong Peningkatan Investasi dan Perluasan Lapangan Kerja

Baca juga: Tak Mampu Bersaing Harga, Jeruk Lokal Membusuk Lawan Jeruk Impor

Selain itu, komoditas cabai, khususnya varian rawit merah, jelas Lutfi terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya penurunan harga di tingkat petani seiring dengan meningkatnya produksi di daerah sentra.

Mendag Budi Janjikan Harga MinyaKita Turun dalam Dua Hari

Secara umum, Lutfi mengatakan, harga pangan ataupun bahan pokok (bapok) masyarakat saat ini stabil. Dia mengklaim telah mengumpulkan 34 kepala dinas atau yang bertanggungjawab tentang perdagangan untuk memastikan ketersediaan seluruh bapok cukup.

"Ke-34 provinsi sudah melaporkan bahwa bapok tersedia dan harganya stabil, khususnya beras, gula, cabai, minyak goreng, dan daging sapi,” ujar Lutfi.

Khusus untuk beberapa komoditas yang perlu menjadi perhatian, Lutfi menyatakan, Kementerian Perdagangan dan dinas provinsi akan terus memantau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) seperti beras medium oleh Perum Bulog.

Sementara itu, untuk daging sapi, akan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian. Agar memobilisasi sapi daerah sentra produksi ke daerah sentra konsumsi, seperti wilayah Jabodetabek dan Aceh.

Untuk komoditas gula, Lutfi melanjutkan Kementerian Perdagangan akan berkoordinasi dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk membahas pendistribusian gula, khususnya ke wilayah Indonesia Timur dan Aceh.

"Koordinasi tersebut untuk membahas harga jual maksimal dari PT RNI sebesar Rp10.800/kg sehingga harga di konsumen akhir sesuai harga atas Rp12.500/kg," papar Lutfi.

Sebelumnya, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi menyebutkan, sejumlah komoditas yang diimpor supaya harganya stabil adalah kedelai, bawang putih, daging sapi atau kerbau hingga gula pasir. 

"Ada beberapa komoditas yang sebagian dipenuhi dari impor misalnya bawang putih, daging sapi kerbau dan juga gula pasir," kata dia secara virtual, Senin, 12 April 2021.

Adapun untuk komoditas seperti beras, jagung, kedelai, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras dan minyak goreng tidak ada proses impor karena stoknya masih bisa dicukup dari dalam negeri.

Secara rinci, untuk komoditas seperti kedelai perkiraan impor untuk tahun ini sebanyak 1.02 juta ton. Sebab, produksi dalam negeri diperkirakan hanya 38,56 ribu dengan stok tahun lalu 413,11 ribu ton dan perkiraan kebutuhan 1,3 juta ton.

Adapun untuk bawang putih diimpor sebanyak 202,85 ribu ton karena perkiraan produksi dalam negeri hanya 14,29 ribu dan stok akhir Desember 2020 sebanyak 134,57 ribu. Sedangkan kebutuhan bawang putih tahun ini diperkirakan 243,65 ribu ton.

Daging kerbau atau sapi diputuskan untuk diimpor sebanyak 111,29 ribu ton, dengan perkiraan produksi dalam negeri hanya 133,09 ribu ton sedangkan stok hanya mencapai 34,22 ribu. Total perkiraan kebutuhan daging adalah 280,14 ribu ton.

Sementara itu, gula pasir akan diimpor sebanyak 796 ribu ton karena produksi dalam negeri hanya mencapai 135,79 ribu ton dan stok akhir 2020 sebanyak 804,68 ribu ton. Sedangkan, perkiraan kebutuhannya mencapai 1,21 juta ton.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya