Agar Komitmen Investasi Tak Lari Seperti Tesla, RI Perlu Lakukan Ini

Kawasan pembangunan pabrik mobil Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Deltamas Industrial Complex, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Eko Nugroho mengatakan, minat investor untuk investasi atau menanamkan modalnya di Indonesia di tengah pandemi COVID-19 dan ekonomi lesu tetap ada. Sehingga, perlu mendapatkan pendampingan dan fasilitas khusus dari pemerintah. 

6 Desa Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Akan Direlokasi, Ini Alasannya

Untuk itu, Agus menilai pemerintah perlu mendampingi dan memfasilitasi mereka dalam merealisasikan investasinya, serta menyelesaikan hambatan yang menjadi kendala. 

Hal itu penting dilakukan agar investor yang menyatakan minatnya, tidak lari dan realisasikan investasi di negara lain. Seperti Tesla yang awal dikabarkan akan bangun pabrik mobil listrik di Indonesia, namun akhirnya “lari” ke India.

Polri Lakukan Kegiatan Pemulihan Trauma ke Anak-anak Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Menurut Agus, fasilitas insentif yang diberikan pemerintah sejatinya sudah sangat kompetitif dengan negara lain. Misalnya keringanan pajak atau super tax deduction untuk industri-industri tertentu. 

Namun, jika memang investasi itu memberikan multiplier effect yang besar, bisa saja diberikan fasilitas pajak lainnya. Hal ini menurut Agus menjadi sesuatu yang sangat penting dalam memoles kondisi investasi kita. 

Presiden Vietnam Sampai Uber Prabowo Subianto Demi Bisa Foto Bersama Menterinya

“Tinggal bagaimana kecepatan respons dari pemerintah dalam memberikan pelayanan tersebut,” kata Agus dikutip dari Antara, Kamis 8 April 2021. 

Apalagi, lanjut Agus, terkait investasi ini melibatkan banyak koordinasi antarlembaga pemerintah. Misalnya jika itu terkait pajak, maka lembaga yang melakukan koordinasi mulai Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), BKPM, Kementerian Perindustrian, dan lainnya yang berada di bawah Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi dan Kemenko Perekonomian. 

“Nah komunikasi dan koordinasi antarlembaga dan kementerian ini harus konkrit dan cepat dalam merespons perubahan struktur tax rate terhadap sektor-sektor tertentu yang memang membutuhkan,” katanya.

Menurut Agus, saat ini banyak peluang investasi yang dapat ditawarkan kepada investor. Misalnya terkait dengan produk-produk yang berkaitan dengan COVID-19 atau Kesehatan. Selain itu juga ada industri terkait inovasi dan teknologi.

“Investasi-investasi ini memiliki arah yang konkrit dan dapat memfasilitasi perubahan konsumsi masyarakat yang saat ini trennya memang mengalami perubahan,” katanya.

Selain memfasilitasi investor merealisasikan investasinya, yang juga menjadi pekerjaan rumah Pemerintah adalah menjaga kepercayaan masyarakat mengenai vaksin COVID-19. Keyakinan mengenai program vaksin dapat mendorong konsumsi masyarakat. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LIPI, saat ini masyarakat lebih memilih melakukan saving dibandingkan spending atau konsumsi. 

“Dengan memberikan confidence mengenai vaksin ini, maka akan mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi,” katanya.

Meningkatkan kembali tingkat konsumsi masyarakat ini cukup penting sebab salah satu magnet Indonesia sebagai tujuan investasi adalah potensi pasarnya yang besar. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya