Vaksinasi Tak Merata, Pemerintah dan BI Khawatir Dampak Ekonomi ke RI

Vaksinasi pedagang di Bandung.
Sumber :
  • Adi Suparman/ VIVA.

VIVA – Pemerintah dan Bank Indonesia mengaku khawatir terhadap adanya fenomena distribusi vaksinasi COVID-19 yang tidak merata. Ini bisa berakibat langsung terhadap perekonomian.

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyatakan, proses vaksinasi saat ini terjadi cepat di negara-negara maju maupun negara-negara produsen utama vaksin.

"Kalau seandainya masalah distribusi supply vaksin hanya terbatas di mereka akan menghambat pertumbuhan di negara-negara lainnya di luar negara produsen vaksin," kata dia dalam webinar IAEI, Selasa, 6 April 2021.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Fenomena yang terjadi saat ini ditegaskannya secara nyata terjadi di negara-negara berkembang atau emerging market, khususnya negara-negara di kawasan Afrika.

Tapi, Dody menegaskan, dampak dari distribusi vaksin yang tidak merata secara keekonomian tidak hanya dirasakan negara-negara kawasan tersebut, melainkan juga Indonesia.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Menurutnyam distribusi vaksin yang tidak merata ini akan menyebabkan pemulihan ekonomi dunia hanya akan cepat dirasakan negara-negara seperti Amerika Serikat dan China.

"Sehingga jadi pertanyaan kita kalau negara maju tumbuh, kemudian volume perdagangan dunia tumbuh karena transaksi di negara-negara maju semakin berkembang, kemudian siapa yang menikmati kalau negara berkembang terlambat?" tegasnya.

Kondisi ini, menurutnya akan menyebabkan pasar keuangan di negara-negara maju akan tumbuh pesat, terindikasi dari para investor global yang menempatkan dananya di AS.

Sementara itu, negara-negara berkembang seperti Indonesia akan mengalami pelemahan nilai tukar rupiah maupun penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Akibat yield naik, dolar AS menguat otomatis diikuti dengan volatilitas di banyak negara. Yield dari surat utang di negara emerging market meningkat, dari sisi nilai tukarnya mengalami pelemahan ini tidak hanya dialami Indonesia tapi semua negara emerging market," ucapnya.

Terbatasnya keberadaan vaksin COVID-19 ini menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terjadi akibat penyebaran wabah yang kembali pesat di negara-negara produsen utama seperti di Eropa maupun AS.

Selain itu, India yang juga menjadi negara produsen terbesar vaksin COVID-19 saat ini ditegaskannya tengah menghadapi kenaikan penyebaran COVID-19 sehingga mereka menghentikan distribusi ke luar negaranya.

"Jadi supplier dunia India mengalami kenaikan COVID-19 luar biasa. Ini sebabkan mereka membuat keputusan supply vaksin seluruh dunia di setop untuk digunakan dalam negeri meski itu belum berhasil menurunkan kasus," tegas Sri di acara yang sama.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya