Soal Impor Beras, Pengusaha: Waktunya harus Pas

Ilustrasi panen padi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mengingatkan Pemerintah untuk memperhitungkan matang-matang dalam memutuskan impor beras. Impor tidak ditentang asalkan dilakukan pada waktu yang tepat.

Budi Arie Ungkap Arahan Prabowo: Bahan Baku Makan Gizi Gratis Harus dari RI, Bukan Impor

Wakil Ketua Umum Perpadi Jakarta Billy Haryanto mengatakan, mengatakan saat ini kondisi petani tengah terpuruk gara-gara wacana impor beras. Di Tegal, misalnya, harga gabah kering anjlok dari Rp 5.000 per kg menjadi Rp 3.500 per kg.

"Cari timing yang pas untuk membuat kebijakan strategis apalagi menyangkut petani. Jangan bicara data atau stok sesaat. Tapi, efeknya kira-kira menguntungkan rakyat atau sekelompok orang," kata Billy dikutip dari keterangannya, Rabu 24 Maret 2021.

PPN 12% Cuma Buat Barang Mewah, Apindo: Ruang bagi Dunia Usaha untuk Dorong Ekonomi

Baca juga: Jokowi Tegaskan Genjot Proyek Infrastruktur Demi Bangun Peradaban

Perpadi lanjutnya meminta Menteri Perdagangan M Lutfi me menghitung kebutuhan beras yang riil di lapangan secara detail, sebelum memutuskan impor. Apalagi, berkaca dari tahun lalu, Pemerintah tidak mengimpor beras karena kebutuhan sudah dicukupi dengan hasil petani lokal.

Kinerja Perekonomian Nasional Tetap Tangguh, Inflasi Terkendali dan PMI Manufaktur Kembali Ekspansif di Akhir Tahun 2024

"Kami ini tidak anti impor. Boleh impor tapi waktunya, jangan pas panen raya," kata Billy.

Soal stok, Billy menyarankan agar Kemendag berkoordinasi dengan intens dengan Bulog. Sebab, bisa saja, ada data di lapangan yang belum tercatat dengan baik.

"Kalau impor lagi mau disalurkan ke mana itu beras. Yang sekarang ada saja bingung dilepas ke mana," tambahnya.

Sebelumnya, dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI Senin, 22 Maret 2021, M Lutfi berkukuh tetap mengimpor beras meski kebijakan itu tidak populer. Soalnya, kata dia, kebijakan itu ada sebelum ia menjabat demi menambah stok cadangan beras sebanyak 1-1,5 juta ton.

"Kalau saya jadi beliau, lebih terhormat mundur. Demi petani. Semoga beliau dikasih kesehatan selalu," kata Billy.

Harusnya, kata Billy, petani menikmati hasil panen dengan harga gabah yang sepadan, bukan menebarkan wacana impor yang membuat harga gabah anjlok. 

"Logikanya harus dipakai. Jangan lagi panen malah ingin impor beras," kata pengusaha beras asal Sragen ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya