Cerita Anton Medan Cetak Banyak Eks Narapidana Jadi Pengusaha

Anton Medan
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA – Ramdhan Effendi atau akrab disapa Anton Medan meninggal dunia di usia 63 tahun pada Senin 15 Maret 2021. Semasa hidupnya, Anton menorehkan banyak cerita menarik yang menjadi sorotan publik.

Asosiasi Pengusaha Konstruksi Tolak Kenaikkan PPN Jadi 12 Persen, Harga Material Bisa Meroket

Mulai jadi preman dan terlibat kasus perampokan, hingga insaf dan akhirnya memeluk Agama Islam. Dia pun mendirikan pesantren Pondok Pesantren At-Taibin yang berada di Pondok Rajeg, Cibinong, Jawa Barat. Cita-citanya mendirikan sebuah masjid pun terwujud yang diketahui bernama Masjid Tan Hok Liang.

Baca juga: Studi: RI Masuk Era Keemasan Ekonomi Digital Setelah Pandemi Teratasi

Majelis Masyayikh Sebut UU Pesantren Cetak Generasi Santri Berdaya Saing

Tak hanya itu, Anton pun diketahui memiliki bakat sebagai etrepreneur atau wirausahawan. Bahkan, dia pun berjasa menjadi mentor mencetak banyak bekas narapidana yang insaf dan akhirnya jadi buka usaha sendiri alias jadi pengusaha.

Dikutip Selasa 16 Maret 2021, dari catatan VIVA, cerita Anton Medan mencetak para pengusaha eks napi itu dimulai pada pada 1994. Kala itu, bersama Ustaz Zainudin MZ, ia membentuk majelis ta’lim At Taibin, dan kemudian pada 1996 menjadi yayasan At Taibin.

Profil Robby Adriansyah, Petugas Lapas yang Viralkan Napi Pesta Sabu di Lapas Tanjung Raja

Awal pergerakan yayasan tersebut digunakan oleh Anton Medan untuk pembinaan napi dan preman. Anton yang juga eks napi itu  aktif dakwah ke lembaga pemasyarakatan (LP) dan akhirnya menjadi pembina napi di 480 LP di seluruh Indonesia.

Pada dasarnya, pesantrennya di Cibinong iti merupakan perpanjangan dari pesantren khusus mantan narapidana yang dibangun pada 1996 di Cisarua Bogor, Jawa Barat. Tujuan Anton Medan di pesantren Cisarua lebih ke arah terapi mantan narapidana. Pesantren itu pun diketahui mengembangkan pola kewirausahaan.

Seiring perubahan sikap dan mental santri, lama kelamaan jumlah anak didiknya menyusut. Hal ini disebabkan santri sudah merasa cukup mapan dan siap kembali ke masyarakat dengan modal ilmu agama dan keterampilan berwirausaha.

"Jika jumlah santri menyusut, saya malah bersyukur. Itu berarti, pola pengajaran di pesantren sudah dilalui dan bekal untuk mereka hidup dan kembali diterima masyarakat sudah cukup," ujar Anton Medan.

Bidang usaha yang dijalankan antara lain, percetakan, sablon, dan balai latihan kerja. Pada 2004, usaha sablon dari pesantren Cisarua ini mendapatkan keuntungan yang cukup besar, sehingga Anton MEdan berniat mendirikan pesantren At Taibin yang sudah lama dimimpi-mimpikan.

Satu tahun kemudian, ketika pesantren At Taibin selesai dibangun, saat itu juga Anton Medan langsung membuka pendaftaran. Pesantren ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, sehingga statusnya sama dengan sekolah negeri.

Ketua Majelis Masyayikh, KH Abdul Ghaffar Rozin

Majelis Masyayikh Kuatkan Identitas Pendidikan Pesantren melalui Sistem Penjaminan Mutu

Majelis Masyayikh menggelar Bimbingan Teknis Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Formal Pesantren Pendidikan Diniyah Formal (PDF).

img_title
VIVA.co.id
25 November 2024