Target 2030 Bakal Meleset, RI Hanya Bisa Turunkan 314 Juta Ton Gas CO2

Asap pabrik mencemari lingkungan serta menyebabkan pemanasan global.
Sumber :
  • thinkquest.org

VIVA – Pemerintah menyatakan belum bisa secara maksimal menurunkan target penurunan emisi gas rumah kaca atau CO2 sesuai dengan kesepakatan Paris. Pada 2030 target penurunan CO2 adalah 834 juta ton.

Indonesia Punya Jurus Jitu Lawan Pemanasan Global

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan hingga tahun tersebut pemerintah hanya memiliki kapasitas untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton.

Hal ini dia sampaikan saat menjadi pembicara di acara Future Energy Tech and Innovation Forum 2021. Acara tersebut digelar secara virtual, Senin, 8 Maret 2021.

Truk Jadi Penyumbang Emisi Terbesar, Jakarta Siapkan Wilayah Rendah Emisi

"Atau kalau kita nanti dapat support international kita bisa mencapai 400 juta ton. Itu memang kita harus melakukan langkah-langkah tepat agar capaian target penurunan ini dapat dicapai 2030," kata dia.

Target tersebut ditegaskannya memang sebagai bagian dari perhitungan global mengenai penurunan temperatur yang diupayakan menjadi 1,5 derajat celcius dan tidak boleh lebih dari 2 derajat celcius kenaikannya.

PLN Electric Run 2024 Ajak Pelari Kurangi 14.363 Kilogram CO2

"Kalau lihat angkanya kecil tapi kalau dihitung dampak daripada temperatur ini ternyata turunnya ini adalah pemanasan global yang disebabkan gas rumah kaca itulah yang memang jadi target penurunan," ucap dia.

Arifin menyatakan, saat ini, sektor energi di Indonesia memberikan kontribusi hingga 450 juta ton emisi gas rumah kaca. Besaran emisi ini diperkirakannya akan meningkat tiga kali lipat jika tidak dikurangi.

Dengan potensi ancaman perubahan iklim tersebut, dia menekankan pemerintah akan mengambil langkah-langka tambahan mempercepat penurunan CO2. Namun, hal ini masih dalam tahap penyusunan strategi.

"Untuk itu transisi energi dari energi yang sebelumnya digunakan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi secara berangsur bisa kita alihkan ke energi yang bersih dan terbarukan," papar Arifin.

Selama ini, dia menganggap, yang menjadi pemicu utama penghasil emisi gas rumah kaca atau CO2 adalah energi yang berbasis fosil. Karena itu, jenis energi ini dipastikannya akan dialihkan sebagai sumber energi.

"Kalau kita ketahui kita memiliki sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dan besar antara lain energi surya, hidro, kemudian geothermal, kemudian ada angin, ada biomassa. Macam-macam," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya