Mendag Prediksi Mata Uang Ini Akan Gantikan Dolar AS pada 2045

Mendag M Lutfi.
Sumber :
  • Repro video.

VIVA – Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi meyakini tren perdagangan internasional akan semakin berkembang pesat pada 2045. Bahkan, diperkirakan akan terjadi perubahan acuan nilai tukar dalam perdagangan.

Mendag Budi Janjikan Harga MinyaKita Turun dalam Dua Hari

Pada masa itu, Lutfi meyakini, mata uang yang kini menjadi acuan, yakni dolar Amerika Serikat, euro Uni Eropa dan yuan China, akan tergantikan dengan mata uang lokal termasuk cryptocurrency.

"Pindah ke mata uang regional, termasuk kripto atau bitcoin tapi nanti akan banyak," tegas dia di acara Rapat Kerja Nasional Hipmi, Jumat, 5 Maret 2021.

Rupiah Menguat, Kesepakatan Genjatan Senjata Israel-Hisbullah Jadi Sorotan

Baca juga: Mabes Polri: KLB Demokrat di Sibolangit Tak Berizin

Kondisi ini, ditegaskannya, akan seiring dengan tumbuh pesatnya perdagangan internasional. Pada 2045, dia meyakini perdagangan dunia tidak akan lagi ada hambatan dengan tumbuh 3,4 persen.

Usut Kasus Tom Lembong, Kejagung Bakal Periksa Semua Mendag

"Kalau sekarang ditutuplah, ada trade barriers dipake. Tapi ternyata akan tumbuh 3,4 persen, 6 persen di negara-negara berkembang. Kita akan bisa memastikan mata uang pindah," tegasnya.

Tumbuh pesatnya perdagangan dunia ini, dinilainya akibat lonjakan penduduk dunia yang naik pesat dari 7,7 miliar saat ini menjadi 9,45 miliar pada 2045. Penduduk dunia akan didominasi orang tua.

"Society dunia, orang menua, orang tua lebih banyak dari pada anak muda. 66 persen manusia dunia tinggal di kota, 95 persen urbanisasi di negara berkembang," tegas dia.

Meski demikian, dia menekankan, 8,1 miliar manusia ini nantinya akan berada di kelas menengah. Oleh karenanya, secara ekonomi, perekonomian dunia juga akan membaik dan daya beli menguat.

Tapi, dia menilai, dengan pesatnya pergerakan lokomotif perekonomian dunia, akan memicu pesatnya persaingan terhadap sumber daya alam utama di masa depan. Yaitu, nikel maupun besi dan tembaga.

"Karena besarnya penduduk Asia dan Afrika menyebabkan persaingan sumber daya alam, perangnya akan semakin tajam makanya bapak ibu lihat harga tembaga hari ini dibanding maret 2020 sudah naik dua kali lipat," tegas Lutfi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya